Log in
Latest topics
» Sembang Medan Selera Pak Jebat V44by HangPC2 Sat 27 Aug 2022, 5:36 pm
» Halo semua
by matamata Mon 25 Oct 2021, 9:56 pm
» Cerita Rakyat
by mumuchi Sun 05 Sep 2021, 10:35 am
» Konfrontasi Malaysia-Indonesia 1962-66
by mumuchi Sun 05 Sep 2021, 10:28 am
» PAINTBALL - Come get some...
by pisang Tue 13 Dec 2016, 1:53 pm
» Baru balik
by pisang Mon 12 Dec 2016, 5:47 pm
» Jaket camo
by atreyudevil Fri 15 Jul 2016, 4:17 pm
» Nusantara Total War: Portuguese Invasion
by Adib Mon 22 Feb 2016, 7:57 pm
» Rekrut baru disini
by kapokbesi Thu 11 Feb 2016, 4:32 pm
» Keretapi Tanah Melayu Berhad
by zacky.uesoff Thu 04 Feb 2016, 11:00 pm
» ALL ABOUT HAM RADIO (AMATEUR RADIO STATION)
by kapokbesi Mon 16 Nov 2015, 12:42 pm
» BACKPACKING
by venez Tue 31 Mar 2015, 5:11 pm
» Rekrut 2015
by atreyudevil Sun 29 Mar 2015, 8:34 pm
» Sejarah Pangkalan-Pangkalan Udara TUDM
by venez Tue 24 Mar 2015, 11:02 am
» MyMil useful website lists
by atreyudevil Sat 24 Jan 2015, 11:17 pm
» WIP - Work In Progress
by yaminz Fri 26 Dec 2014, 12:06 pm
» Model Collections
by yaminz Fri 26 Dec 2014, 11:58 am
» Rekrut October & November 2014
by atreyudevil Sat 20 Dec 2014, 7:07 am
» Bola Cafe: MALAYSIA!
by HangPC2 Sun 14 Dec 2014, 12:35 pm
» Tayar Pirelli boleh tahan!
by venez Wed 10 Dec 2014, 4:27 pm
Statistics
We have 511 registered usersThe newest registered user is Belarus
Our users have posted a total of 172030 messages in 1322 subjects
Like/Tweet/+1
Untold Story Of Indonesia
+7
Steven 12
powerw00t
@hli
HangPC2
observateur
atreyudevil
red army
11 posters
Malaysia's Military, Police and Security Agencies :: Perbincangan MPSA Negara Lain :: Foreign Military History
Page 4 of 5
Page 4 of 5 • 1, 2, 3, 4, 5
Re: Untold Story Of Indonesia
Menyingkap Operasi Pengiriman Senjata Indonesia Untuk Mujahiddin Afghanistan
sumber: Angkasa Koleksi "Covert Operations"
red army- Colonel
- Posts : 2572
Join date : 16/05/2011
Re: Untold Story Of Indonesia
PIC HISTORY MY PRESIDENT SBY
Lieutenant SBY training with US Rangers in Fort Bragg USA, 1976
training with US rangers in fort Bragg
Major SBY leading his troops in counter-insurgency campaigns in East Timor, 1986
Major SBY calling for back-up after his patrol captured separatist Fretilin commander Julio Sarmento aka Commandante Guido Caribuana in East Timorese mountains, 1986
Major SBY resting with his men while conducting counter-insurgency operations in East Timor (1986)
Major SBY detialing planned movements to troops in East Timor counter-insurgency operations (1986)
Major SBY briefing his aides before a counter-insurgency operation in East Timor (1986). 50% of soldiers in SBY's battalion were native East Timorese, including his trusted adjudant, Sergeant-Major Adolfo Tilman.
Lieutenant SBY training with US Rangers in Fort Bragg USA, 1976
training with US rangers in fort Bragg
Major SBY leading his troops in counter-insurgency campaigns in East Timor, 1986
Major SBY calling for back-up after his patrol captured separatist Fretilin commander Julio Sarmento aka Commandante Guido Caribuana in East Timorese mountains, 1986
Major SBY resting with his men while conducting counter-insurgency operations in East Timor (1986)
Major SBY detialing planned movements to troops in East Timor counter-insurgency operations (1986)
Major SBY briefing his aides before a counter-insurgency operation in East Timor (1986). 50% of soldiers in SBY's battalion were native East Timorese, including his trusted adjudant, Sergeant-Major Adolfo Tilman.
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
SEJARAH : Pesawat - Pesawat Buatan Anak Negeri Indonesia
Ⓑung Karno dalam pidato di Hari Penerbangan Nasional 9 April 1962 mengatakan : "…, tanah air kita adalah tanah air kepulauan, tanah air yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang dipisahkan satu dari yang lain oleh samudra-samudra dan lautan-lautan. … tanah air kita ini adalah ditakdirkan oleh Allah SWT terletak antara dua benua dan dua samudra.
Maka bangsa yang hidup di atas tanah air yang demikian itu hanyalah bisa menjadi satu bangsa yang kuat jikalau ia jaya bukan saja di lapangan komunikasi darat, tetapi juga di lapangan komunikasi laut dan di dalam abad 20 ini dan seterusnya di lapangan komunikasi udara."
PK.KKH
Pada tahun 1938 atas permintaan LW. Walraven dan MV. Patist - perancang PK.KKH - dibuat lagi pesawat lebih kecil di bengkel Jl. Kebon Kawung, Bandung.
Pada tahun 1938 atas permintaan LW. Walraven dan MV. Patist - perancang PK.KKH - dibuat lagi pesawat lebih kecil di bengkel Jl. Kebon Kawung, Bandung.
WEL-X / RI-X
Selain itu juga pada tahun 1948 berhasil dibuat pesawat terbang bermotor dengan mempergunakan mesin motor Harley Davidson diberi tanda WEL-X hasil rancangan Wiweko Soepono dan kemudian dikenal dengan register RI-X.
Era ini ditandai dengan munculnya berbagai club aeromodeling, yang menghasilkan perintis teknologi dirgantara, yaitu Nurtanio Pringgoadisurjo.
Rancangan Wi-weko Soepono diberi tanda WEL-X yang dibuat pada tahun 1948, dengan menggunakan mesin Harley Davidson Kemudian kegiatan ini terhenti karena pecahnya pemberontakan Madiun dan agresi Belanda.
Replika RI-X
SIKUMBANG NU-200
Pada 1 Agustus 1954 berhasil diterbangkan prototipe "Si Kumbang", sebuah pesawat serba logam bertempat duduk tunggal yang dibuat sesuai dengan kondisi negara pada waktu itu. Pesawat ini berhasil di buat / produksi tiga buah.
Si Kumbang"
BELALANG 89
Pada 24 April 1957, Seksi Percobaan ditingkatkan menjadi Sub Depot Penyelidikan, Percobaan & Pembuatan berdasar Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara No. 68.
Setahun kemudian, 1958 berhasil diterbangkan prototipe pesawat latih dasar "Belalang 89" yang ketika diproduksi menjadi Belalang 90. Pesawat yang diproduksi sebanyak lima unit ini dipergunakan untuk mendidik calon penerbang di Akademi Angkatan Udara dan Pusat Penerbangan Angkatan Darat.
"Belalang 89"
KUNANG NU-25
Di tahun yang sama berhasil diterbangkan pesawat olah raga "Kunang 25". Filosofinya untuk menanamkan semangat kedirgantaraan sehingga diharapkan dapat mendorong generasi baru yang berminat terhadap pembuatan pesawat terbang.
"Kunang 25".
UPAYA PENDIRIAN INDUSTRI PESAWAT TERBANG
Sesuai dengan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai dan untuk memungkinkan berkembang lebih pesat, dengan Keputusan Menteri / Kepala Staf Angkatan Udara No. 488, 1 Agustus 1960 dibentuk Lembaga Persiapan Industri Penerbangan / LAPIP. Lembaga yang diresmikan pada 16 Desember 1961 ini bertugas menyiapkan pembangunan industri penerbangan yang mampu memberikan dukungan bagi penerbangan di Indonesia.
Mendukung tugas tersebut, pada tahun 1961 LAPIP mewakili pemerintah Indonesia dan CEKOP mewakili pemerintah Polandia mengadakan kontrak kerjasama untuk membangun pabrik pesawat terbang di Indonesia.
Kontrak meliputi pembangunan pabrik, pelatihan karyawan serta produksi di bawah lisensi pesawat PZL-104 Wilga, lebih dikenal Gelatik. Pesawat yang diproduksi 44 unit ini kemudian digunakan untuk dukungan pertanian, angkut ringan dan aero club.
Dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, tahun 1965 melalui SK Presiden RI - Presiden Soekarno, didirikan Komando Pelaksana Proyek Industri Pesawat Terbang (KOPELAPIP) - yang intinya LAPIP - serta PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari.
Pada bulan Maret 1966, Nurtanio gugur ketika menjalankan pengujian terbang, sehingga untuk menghormati jasa beliau maka LAPIP menjadi LIPNUR / Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio.
Dalam perkembangan selanjutnya LIPNUR memproduksi pesawat terbang latih dasar LT-200, serta membangun bengkel after-sales-service, maintenance, repair & overhaul.
Pada tahun 1962, berdasar SK Presiden RI - Presiden Soekarno, didirikan jurusan Teknik Penerbangan ITB sebagai bagian dari Bagian Mesin. Pelopor pendidikan tinggi Teknik Penerbangan adalah Oetarjo Diran dan Liem Keng Kie. Kedua tokoh ini adalah bagian dari program pengiriman siswa ke luar negeri (Eropa dan Amerika) oleh Pemerintah RI yang berlangsung sejak tahun 1951.
Usaha-usaha mendirikan industri pesawat terbang memang sudah disiapkan sejak 1951, ketika sekelompok mahasiswa Indonesia dikirim ke Belanda untuk belajar konstruksi pesawat terbang dan kedirgantaraan di TH Delft atas perintah khusus Presiden RI pertama.
Pengiriman ini berlangsung hingga tahun 1954. Dilanjutkan tahun 1954 - 1958 dikirim pula kelompok mahasiswa ke Jerman, dan antara tahun 1958 - 1962 ke Cekoslowakia dan Rusia.
Perjalanan ini bertaut dengan didirikannya Lembaga Persiapan Industri Pesawat Terbang (LAPIP) pada 1960, pendirian bIdang Studi Teknik Penerbangan di ITB pada 1962, dibentuknya DEPANRI (Dewan Penerbangan dan Antariksa Republik Indonesia) pada 1963.
Kemudian ditindaklanjuti dengan diadakannya proyek KOPELAPIP (Komando Pelaksana Persiapan Industri Pesawat Tebang) pada Maret 1965. Bekerjasama dengan Fokker, KOPELAPIP tak lain merupakan proyek pesawat terbang komersial.
Sementara itu upaya-upaya lain untuk merintis industri pesawat terbang telah dilakukan pula oleh putera Indonesia - B.J. Habibie - di luar negeri sejak tahun 1960an sampai 1970an. Sebelum ia dipanggil pulang ke Indonesia untuk mendapat tugas yang lebih luas.
Di tahun 1961, atas gagasan BJ. Habibie diselenggarakan Seminar Pembangunan I se-Eropa di Praha, salah satu adalah dibentuk kelompok Penerbangan yang di ketuai BJ. Habibie.
GELATIK PZL-104
PZL-Okecie PZL-104 Gelatik-C
Nurtanio Pringgoadisuryo, lahir di Kandangan, Kalimantan Selatan, 3 Desember 1923 - meninggal 21 Maret 1966 pada umur 42 tahun adalah sebagai perintis industri penerbangan Indonesia.
Bersama Wiweko Soepono, Nurtanio membuat pesawat layang Zogling NWG (Nurtanio-Wiweko-Glider) pada tahun 1947. Ia membuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia yang dinamai Sikumbang, disusul dengan Kunang-kunang (mesin VW) dan Belalang, dan Gelatik (aslinya Wilga) serta mempersiapkan produksi F-27.
Pada tahun 1965 Berdiri KOPELAPIP (Komando Pelaksana Industri Pesawat Terbang) dan PN. Industri Pesawat Terbang Berdikari melalui Dekrit Presiden. Setelah pada tahun 1966 Nurtanio meninggal Pemerintah menggabungkan KOPELAPIP dan PN.
Industri Pesawat Terbang Berdikari menjadi LIPNUR kependekan dari Lembaga Industri Penerbangan Nurtanio untuk menghormati kepeloporan almarhum Nurtanio.
Kemudian setelah itu datanglah BJ Habibie yang mengubah LIPNUR menjadi IPTN yang dikemudian hari sempat tercatat sebagai industri pesawat terbang termaju di negara berkembang.
IPTN
Industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan ini dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. DI didirikan pada 26 April 1976 dengan nama PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio dan BJ Habibie sebagai Presiden Direktur.
Industri Pesawat Terbang Nurtanio kemudian berganti nama menjadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 11 Oktober 1985. Setelah direstrukturisasi, IPTN kemudian berubah nama menjadi Dirgantara Indonesia pada 24 Agustus 2000.
N-250
Pesawat N250 Gatot Kaca (Foto AIRLINERS.NET)
Pesawat N-250 adalah pesawat regional komuter turboprop rancangan asli IPTN (Sekarang PT DI, Indonesian Aerospace), Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain, produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia.
berbeda dengan pesawat sebelumnya seperti CN-235 dimana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan IPTN. Pesawat ini diberi nama gatotkoco (Gatotkaca).
Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70 penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun 1995).
Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997. Rencananya program N-250 akan dibangun kembali oleh B.J. Habibie setelah mendapatkan persetujuan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan perubahan di Indonesia yang dianggap demokratis.
Namun untuk mengurangi biaya produksi dan meningkatkan daya saing harga di pasar internasional, beberapa performa yang dimilikinya dikurangi seperti penurunan kapasitas mesin,dan direncanakan dihilangkannya Sistem fly-by wire.
Pertimbangan B.J. Habibie untuk memproduksi pesawat itu (sekalipun sekarang dia bukan direktur IPTN) adalah diantaranya karena salah satu pesawat saingannya Fokker F-50 sudah tidak diproduksi lagi sejak keluaran perdananya 1985, karena perusahaan industrinya, Fokker Aviation di Belanda dinyatakan gulung tikar pada tahun 1996.
Performa Pesawat
Pesawat ini menggunakan mesin turboprop 2439 KW dari Allison AE 2100 C buatan perusahaan Allison. Pesawat berbaling baling 6 bilah ini mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km/jam (330 mil/jam) dan kecepatan ekonomis 555 km/jam yang merupakan kecepatan tertinggi di kelas turprop 50 penumpang.
Ketinggian operasi 25.000 kaki (7620 meter) dengan daya jelajah 1480 km. (Pada pesawat baru, kapasitas mesin akan diturunkan yang akan menurunkan performa).
Berat dan Dimensi
* Rentang Sayap : 28 meter
* Panjang badan pesawat : 26,30 meter
* Tinggi : 8,37 meter
* Berat kosong : 13.665 kg
* Berat maksimum saat take-off (lepas landas) : 22.000 kg
(Meski mesin N 250 diturunkan kemampuannya, dimensi tidak akan diubah)
Sejarah
Rencana pengembangan N-250 pertama kali diungkap PT IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia, Indonesian Aerospace) pada Paris Air Show 1989. Pembuatan prototipe pesawat ini dengan teknologi fly by wire pertama di dunia dimulai pada tahun 1992.
Pesawat pertama (PA 1, 50 penumpang) terbang selama 55 menit pada tanggal 10 Agustus 1995. Sedangkan PA2 (N250-100,68 penumpang) sedang dalam proses pembuatan.
Saingan pesawat ini adalah ATR 42-500, Fokker F-50 dan Dash 8-300.
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
KILAS BALIK : PENANGKAPAN SUUD RUSLI ( Mantan Anggota Denjaka Marinir)
SUUD RUSLI
Gunawan Santoso
SUUD RUSLI
Gunawan Santoso
1
Bukan hal mudah memburu Kopral Dua (Kopda) Marinir Suud Rusli. Terpidana mati kasus pembunuhan Dirut PT Asaba, Budyharto Angsono, telah sering melarikan diri dari Rumah Tahanan Militer. Untuk menangkap mantan anggota Marinir itu, TNI-AL menerjunkan tim khusus.
Pentingnya penerjunan tim khusus untuk menangkap kembali Suud Rusli, karena yang bersangkutan memiliki kemampuan teknis khusus sebagai anggota pasukan khusus TNI-AL. ''Karena dia (Suud Rusli) memiliki kemampuan khusus, maka TNI-AL juga menurunkan tim khusus untuk memburu dia sampai tertangkap,'' tegas Kepala Staf TNI-AL (KSAL) Laksamana Slamet Soebijanto kepada wartawan di Surabaya, kemarin.
Di lain pihak Kepala Dinas Penerangan TNI-AL Laksamana Pertama TNI Abdul M Yusuf menyatakan, Rusli melarikan diri dengan cara memotong jeruji sel tahanan pakai gergaji besi. ''Dia meloloskan diri dengan cara memanjat dinding sel memakai sambungan sarung-sarung di mushala rumah tahanan itu, lalu menuruni dinding sel dengan tali dari sarung tersebut,'' katanya.
Dengan kemampuan khusus yang dimiliki sebagai anggota pasukan khusus, Suud Rusli mampu meloloskan diri dari Rumah Tahanan Militer Cibinong. Padahal, selama berada di rumah tahanan tersebut, kedua kaki Suud dirantai.
Suud berhasil melepaskan ikatan rantai dari kedua kakinya lantas menggergaji jeruji besi di kamar tahanannya. Selanjutnya, Suud melompat pagar rumah tahanan tersebut untuk melarikan diri.
Pelarian Suud Rusli pada Lebaran silam merupakan kali kedua. Sebelumnya dia juga berhasil lolos dari rumah tahanan, namun sebulan kemudian tertangkap di Malang. Saat ditangkap di Malang, Suud sempat dihadiahi tembakan oleh petugas yang memburunya, karena berusaha meloloskan diri.
''Dengan keahlian khususnya dia mampu kabur. Makanya perlu kita terjunkan tim khusus untuk memburunya,'' tambah Laksamana Slamet. Tim khusus TNI-AL ini diterjunkan ke sejumlah tempat yang diduga sebagai lokasi pelarian Suud Rusli. Orang pertama di Mabes TNI-AL ini keberatan mengungkapkan lokasi mana yang jadi target buruan tim khusus untuk menangkap kembali Suud Rusli. ''Tak usahlah disebutkan,'' katanya.
Karena di Malang Suud Rusli pernah ditangkap saat pelariannya yang pertama, kemungkinan besar mantan anggota Marinir itu juga menjadikan Malang sebagai tempat pelariannya. Tapi, kemungkinan Suud Rusli tak lama berada di Malang.
Dia terus bergerak mobil untuk menghindari kejaran tim pemburu. KSAL mengakui, terpidana mati itu prajurit yang memiliki keahlian khsusus, sehingga sangat lihai mengelabui petugas.
Karena itu, pihaknya tidak mau kecolongan, makanya tim khusus diturunkan untuk mengimbangi kemampuan terpidana.
Apakah Suud Rusli akan ditembak tim pemburu jika melawan ketika akan ditangkap? Laksamana Slamet menyatakan, yang penting dilakukan tim pemburu adalah menangkap yang bersangkutan. Petugas yang memburu tentu sudah tahu bagaimana prosedur tindakan menangkap terpidana mati tersebut. Langkah proporsional tentu dilakukan tim.
Suud Rusli dan bekas Letnan Dua (Marinir) Syam Ahmad Sanusi melarikan diri pada 5 Mei 2005. Namun Suud tertangkap 31 Mei 2005 di Malang. Suud Rusli dan Syam Ahmad Sanusi 19 Juli 2003 terlibat dalam pembunuhan Dirut PT Asaba Boedyharto Angsono dan pengawalnya, Edy Siyep.
Suud dan Syam divonis mati oleh Pengadilan Militer. Keduanya sebetulnya sedang menunggu eksekusi dari Mahkamah Militer Garnisun I Jakarta. Kasus ini didalangi oleh Gunawan Santosa, menantu Boedyharto Angsono, yang juga divonis hukuman mati. Selain divonis hukuman mati, Suud dan Syam Ahmad juga dipecat dari dinas militer.
Last edited by red army on Tue 01 May 2012, 12:30 am; edited 1 time in total
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
2
Jenasah mantan anggota pasukan elit TNI-AL
Terpidana mati Suud Rusli di Porong Foto Fedrik Tarigan/JP)
Jenazah Dirut PT Asaba
Kisah Tragis Perburuan Mantan Pasukan Elit TNI AL
Jenasah mantan anggota pasukan elit TNI-AL
SETELAH hampir tiga tahun buron, akhirnya mantan anggota pasukan elit TNI AL itu menemui ajalnya setelah terlibat baku-tembak dengan aparat TNI AL.
Terkait masalah itu, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Sugeng Darmawan dan Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Laut Brigjen TNI (Mar) Sapardi memberikan keterangan kepada wartawan, tentang kronologis berhasilan penyergapan yang dilakukan Pomal TNI AL, terhadap pelaku penembakan pimpinan PT Asaba, Syam Ahmad Sanusi, buronan Pomal selama kurang lebih tiga tahun di Kampung Cibeunyi, Pandeglang, Banten, Senin (20/.
Kadispenal menjelaskan keberhasilan Pomal dalam penyergapan Syam Ahmad Sanusi tersebut berkat informasi dan bantuan warga masyarakat serta kerja sama yang baik dengan pihak kepolisian. Menurut dia, Syam Ahmad Sanusi merupakan salah seorang tersangka yang sangat pintar dan lihai menghindar dari kejaran petugas karena disamping merupakan mantan tentara, Syam juga mantan salah seorang pasukan elite TNI AL.
Menurut Kadispenal, pada bulan Juli 2007, Tim Pomal Lantamal III melakukan koordinasi dengan Polres Pandeglang sehubungan dengan adanya informasi dari masyarakat tentang keberadaan Syam di wilayah tersebut selama kurang lebih 1 tahun. Tanggal 16 Agustus 2007, Pomal Lantamal III berhasil mendapatkan informasi keberadaan Syam di persembunyiannya di sebuah gubuk di pinggir Kampung Cibeunyi, Desa Cilaja, Pandeglang, Banten.
☆ Penyergapan
KOMANDAN Tim Pomal Lantamal III, Letkol Laut (PM) Ananta pada Jumat dinihari tanggal 17 Agustus 2007, memimpin penyergapan beranggotakan empat orang yaitu Lettu Laut (PM) Dodi Prionggo, SH; Pelda Pom Eko Budi S, Kopda Pom Iwan Setiawan, dan Kopda Pom Sunanto.
Saat pelaksanaan penyergapan tersebut, dua anggota Pomal yaitu Lettu (PM) Dodi Prionggo, SH dan Kopda Pom Iwan Setiawan mendekat ke gubuk dengan gerakan senyap, sementara Pelda Pom Eko Budi S dan Kopda Pom Sunanto tetap di posisi masing-masing untuk melakukan perlindungan dan mengantisipasi Syam melarikan diri. Kemudian Komandan Tim mendobrak pintu gubuk sambil berteriak ...jangan bergerak...!, dan menerobos ke dalam gubuk dengan pistol yang diarahkan ke Syam sambil menyalakan lampu senter ke wajah Syam.
Namun diluar dugaan, dalam waktu singkat, Syam mengambil senjata dan menembak beberapa kali ke arah Komandan Tim yang mengenai tubuhnya. Atas tembakan tersebut, Komandan Tim melakukan tembakan balasan secara beruntun ke arah Syam, akibatnya Syam tersungkur.
Sementara itu, Lettu Laut (PM) Dodi dan Kopda Pom Iwan segera mendekat memberikan bantuan dengan melakukan penembakan ke arah posisi Syam, namun Syam masih sempat memberikan tembakan ke arah pintu gubuk yang mengenai Lettu Laut (PM) Dodi dan Kopda Pom Iwan. Aksi tembak menembak tersebut berlangsung selama kurang lebih 15 menit.
Menyadari bahwa dirinya dan anggotanya terkena tembakan, Komandan Tim memerintahkan anggotanya untuk menjauh dari gubuk sementara dua anggota lainnya tetap berjaga-jaga di posisi masing-masing. Oleh karena rasa kuatir akan keselamatan kedua anak buahnya akibat luka yang dideritanya, maka Komandan Tim melapor kepada Komandan Pomal Lantamal III untuk mendapatkan arahan.
Komandan Pomal Lantamal III selanjutnya melapor kepada Wadan Puspomal yang selanjutnya segera meluncur ke TKP dan Tim Pomal selanjutnya menghubungi Polres Pandeglang dan Reskrim Polda Metro Jaya melalui telepon untuk meminta bantuan evakuasi anggotanya ke RS Pandeglang. Setelah mendapatkan informasi tersebut, Tim Reskim Polda Pandeglang dipimpin AKP Yusup Rahmanto meluncur ke TKP bergabung dengan Tim Pomal, selanjutnya Lettu Laut (PM) Dodi dan Kopda POM Iwan dievakuasi ke RS Pandeglang untuk mendapatkan perawatan.
Sementara itu, Dan Tim tetap bertahan untuk memimpin proses penangkapan Syam. Atas saran Komandan Tim Polres dengan mempertimbangkan luka yang dideritanya, akhirnya Komandan Tim Pomal juga dievakuasi ke RSU Serang bersama kedua anggotanya yang selanjutnya dilarikan ke RSAL Mintohardjo dengan menggunakan ambulans dari Diskes Lantamal III dan Lanal Banten.
☆ Lima tembakan
PENGEPUNGAN terhadap Syam dilanjutkan dengan kekuatan tambahan dari Polres Pandeglang kemudian sekitar pukul 06.30 WIB setelah cuaca terang, Tim Pomal yang tersisa dibantu Tim Polres Pandeglang setelah melalui berbagai pertimbangan segera melakukan penyisiran atau pembersihan ke gubuk dengan memberikan tembakan ke dalam gubuk dan tidak ada lagi perlawanan dari Syam.
Selanjutnya ditemukan Syam dalam posisi tergeletak di dekat tempat tidur dan sudah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. Tim Pomal dan Tim Polres segera melakukan identifikasi dan olah TKP yang selanjutnya membawa jenazah Syam ke RSU Pandeglang untuk divisum dan membawa seluruh barang-barang milik Syam ke Polres Pandeglang.
Kemudian pada hari yang sama pukul 10.30 WIB jenazah Syam dibawa ke RSAL Dr Mintohardjo Jakarta dan pada pukul 12.00 WIB jenazah tiba di RSAL Dr Mintohardjo untuk selanjutnya dilakukan perawatan jenazah. Pada pukul 16.00 WIB jenazah selanjutnya diserahkan Wadan Puspomal kepada pihak keluarga yang diwakili oleh Lukas, adik kandung dari Syam.
Kemudian dengan menggunakan ambulans RSAL Dr Mintohadjo dan pengawalan dari petugas Pomal jenazah Syam diberangkatkan ke kediaman orang tuanya di Desa Sukabakti, Curug, Tangerang, Banten untuk dimakamkan. Seluruh biaya perawatan jenazah ditanggung oleh Pomal. Disamping itu, pihak Pomal juga memberikan bantuan uang duka.
Akibat dari operasi penyergapan Syam, terdapat korban luka tembak yaitu Letkol Laut (PM) Ananta yang mengalami luka tembak di dada sebelah kiri, kemudian Lettu Laut (PM) Dodi Prionggo mengalami luka tembak di bagian perut tembus hingga belakang, kecuali Kopda POM Iwan yang mengalami luka tembak di lengan sebelah kanan dan proyektilnya masih bersarang, pada malam harinya proyektilnya sudah dapat dikeluarkan, Pada tubuh Syam didapati lima tembakan yaitu satu tembakan di dada di perut yang tembus ke belakang, satu di sekitar kemaluan dan juga di kaki sebelah kanan dan kiri masing-masing satu tembakan.
Selain memberikan keterangan pers kepada wartawan, pihak TNI AL juga memperlihatkan sejumlah barang-barang milik tersangka Syam yang dipergunakan selama pelariannya sebagai barang bukti, antara lain pistol jenis FN beserta 13 peluru dan selonsong 20 butir, satu set senjata tajam, satu kapak, satu gergaji, satu set perlengkapan lapangan, satu buah sepeda motor, satu buah sepeda gunung, dua pasang sepatu renang, satu baju PDL loreng TNI, dan beberapa peralatan militer lainnya.
Terpidana mati Suud Rusli di Porong Foto Fedrik Tarigan/JP)
SUDAH lebih dari tiga tahun Suud menghuni blok D Lapas Porong. Itulah blok dengan sistem pengamanan tingkat tinggi. Menilik riwayat kejahatan Suud, wajar bila dia dijebloskan di sel dengan pengamanan superketat. Pria 43 tahun itu adalah narapidana kasus pembunuhan yang divonis mati!
Suud adalah salah seorang pelaku pembunuhan bos PT Asaba Boedyharto Angsono dan pengawalnya, Edy Siyep, di Pluit, Jakarta Utara, pada 19 Juli 2003. Suud tidak beraksi sendiri. Dia "berkolaborasi" dengan sesama anggota Marinir, yakni Syam Ahmad (tertembak mati pada 17 Agustus 2007). Keduanya kemudian divonis mati oleh pengadilan militer.
Saat menunggu eksekusi, Suud dan Syam melarikan diri dari Rumah Tahanan Militer (RTM) Cibinong pada 5 Mei 2005. Suud tertangkap pada 31 Mei 2005 di Malang dengan dua tembakan di kaki. Lima bulan berselang, dia kembali melarikan diri dari RTM Cimanggis.
Namun, pelariannya tidak lama. Suud dibekuk pada 23 November 2005 dan menghuni Lembaga Pemasyarakatan Militer Pilang, Wonoayu, Sidoarjo. Pada pertengahan 2008, dia dipindah ke Porong.
Latar belakang Suud sebagai mantan personel militer membuatnya didapuk sebagai instruktur AO (admisi orientasi) di Lapas Porong. Itu adalah program pelatihan kedisiplinan untuk para napi. Mereka menjalani latihan kedisiplinan selama satu jam setiap Senin hingga Jumat.
Pada Selasa pagi (3/1), Suud nongol di lapangan. Dia tampak segar. Senyumnya mengembang. Suud mengenakan seragam instruktur AO berupa kaus lengan panjang warna cokelat muda dipadu celana hitam. Wibawanya sebagai seorang pemimpin begitu kentara. "Di sini tidak ada hukuman dengan penyiksaan," ungkap Suud.
Untuk melatih kedisiplinan, hukuman yang diberikan paling-paling berupa lari atau push-up. Metode latihannya bervariasi. Misalnya, kegiatan baris-berbaris dan mengibarkan bendera. Para napi juga dilatih teliti. Hal itu terlihat ketika mereka diminta untuk mengecek perlengkapan. Para napi pun bergegas memegang bagian tubuh, mulai kaki, lutut, dada, pundak, hingga kepala.
Suud mengatakan, sebenarnya dirinya sudah lama memiliki pemikiran untuk melatih sesama napi. Dia menginginkan ada kegiatan pembinaan yang bermanfaat. Semua itu berawal dari keprihatinnya melihat napi yang sering keluar masuk penjara.
Usut punya usut, Suud menyimpulkan bahwa hal itu terjadi karena napi tersebut memiliki mental yang kurang baik. Karena itu, pembinaan mental dilakukan lewat program AO.
Setiap napi wajib mengikuti AO. Bagi yang tidak hadir, mereka wajib lapor. Suud menerapkan aturan ketat. Napi yang absen dipanggil satu per satu. Dengan cara itu, kegiatam AO yang di back up bagian pengamanan lapas pun berjalan lancar. "Ada buku presensi untuk peserta AO," kata Suud.
Suud benar-benar bersemangat menjalankan tugas sebagai instruktur. Dia bahkan kerap mengabaikan kesehatannya sendiri. Belum lama ini dia baru saja menjalani operasi usus buntu di sebuah rumah sakit di Surabaya. Akibatnya, dia tidak bisa maksimal saat memberikan pelatihan. Suud tetap memaksakan diri dengan memimpin latihan dengan duduk di kursi.
Dalam setiap kesempatan, Suud memberikan semangat bagi para napi yang mengikuti kegiatan AO. "Kita ini bukan orang jelek. Mari tunjukkan bahwa kita bisa," katanya melalui pengeras suara.
Siapa sangka, program tersebut mendapat respons positif dari para napi. Meski kegiatan AO hanya diwajibkan selama tiga bulan, ternyata ada beberapa napi yang "ketagihan". Mereka tetap ikut AO meski sudah lewat dari tiga bulan.
Salah seorang napi yang terus mengikuti AO adalah Budi Santoso, 61. Napi kasus narkoba yang divonis penjara selama empat tahun itu mengaku senang dengan kegiatan AO. Meski usia sudah kepala enam, dia tetap fit dan betah berpanas-panas di lapangan. "Kalau tidak ada kegiatan, malah tidak enak," imbuh penghuni blok A itu.
Hal senada juga disampaikan Sugeng. Penghuni blok B itu malah pernah menitikkan air mata saat berhasil mengibarkan bendera. Dia merasa terharu karena selama ini tidak pernah mendapat pelajaran seperti itu. Karena itu, ketika tidak ada AO pada Sabtu dan Minggu, Sugeng malah sedih. "Diam saja membuat badan sakit," kata napi kasus narkoba itu.
Banyak dampak positif dari program AO. Selain meningkatkan disiplin, beberapa napi berhasil lepas dari ketergantungan kepada narkoba. Ada juga yang sukses menurunkan berat badan setelah mengikuti program AO.
Kalapas Porong Nur Achmad S. menyatakan senang dengan suksesnya program AO. Salah satu bukti sukses itu adalah prestasi kelompok pramuka mereka menjadi peringkat kedua nasional dalam Raimuna Pemasyarakatan se-Jawa-Bali di Cibubur.
Keberhasilan itu tidak terlepas dari peran Suud. Dia berhasil mendidik para napi anggota pramuka. "Suud baik sekali selama menjalani pembinaan di sini," kata Nur. (*/c4/ca)
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
Sukhoi, Isu Pertarungan CIA-KGB di Indonesia?
Konspirasi Pertarungan KGB VS CIA Di Indonesia
Konspirasi Pertarungan KGB VS CIA Di Indonesia
INILAH.COM, Jakarta - Secara resmi dan faktual belum terbukti, dua agen rahasia KGB (Rusia) dan CIA (Amerika Serikat), beroperasi di Indonesia. Akan tetapi entah mengapa, kecelakaan pesawat buatan Rusia, Sukhoi Superjet 100 (SSJ 100), dicurigai sebagai bukan kecelakaan biasa.
Kecelakaan Sukhoi disebut-sebut akibat sabotase tangan-tangan ahli. Para ahli itu adalah agen rahasia (CIA) yang kebetulan sedang beroperasi di Indonesia. Spekulasi ini tentu masih membutuhkan konfirmasi. Spekulasi ini tidak lepas dari adanya sebuah rujukan.
Sebuah buku tentang CIA (Central International Agency) yang terjemahannya diterbitkan oleh Gramedia dua tahun lalu, menyebut sejumlah diplomat AS yang pernah bertugas di Jakarta, merupakan agen CIA. Secara tidak langsung pengungkapan itu mengindikasikan, bahwa agen CIA tentunya sedang dan terus beroperasi di Indoneisa. Stapleton Roy misalnya yang menjadi Dubes AS di Indonesia dari 27 Februari 1996 hingga 12 Agustus 1999, di usia mudanya merupakan seorang agen CIA.
Yang belum diungkap adalah KGB. Hanya saja, di era Perang Dingin, sering disebut bahwa wartawan TASS dan Pravda, dua buah Kantor Berita resmi pemerintah Uni Sovyet (Rusia), yang ditempatkan di luar negeri, berfungsi ganda yakni wartawan dan agen rahasia KGB.
Menurut berbagai literatur, pasca Perang Dingin, operasi KGB dan CIA sudah mengalami banyak perubahan. Pasca-Perang Dingin yang menjadi fokus sasaran adalah ekonomi dan persaingan bisnis. Persaingan militer dan politik, sudah bukan lagi prioritas.
Sehingga masuk akal bila bisnis jual beli pesawat terbang antara Sukhoi (Rusia) dan Boeing serta General Aerodynamics (AS) merupakan lahan persaingan kedua agen rahasia tersebut.
Nah, isu kehadiran agen rahasia AS dan Rusia dalam kaitan dengan kecelakaan SSJ 100, sengaja diangkat menjadi sebuah wacana. Sebab hanya beberapa jam setelah terjadi kecelakaan, muncul berita-berita yang mencurigai penyebab kecelakaan itu. Disebutkan kecelakaan 9 Mei 2012 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat itu merupakan bentuk persaingan bisnis antara AS dan Rusia.
Tegasnya, sabotase itu berkaitan dengan persaingan bisnis di industri penerbangan antara kedua negara, dimana kedua pemerintah mendukung dan melindungi bisnis dan industri mereka masing-masing.
Enam bulan lalu tepatnya November 2011, pabrikan pesawat terbang AS, Boeing menanda-tangani jual beli 230 unit kepada Lion Air, perusahaan penerbangan swasta Indonesia. Nilai kontraknya sebesar Rp19,5 triliun. Bagi pabrikan Boeing demikian pula pemerintah AS, kontrak triliunan rupiah, sangat penting dan bersejarah.
Oleh sebab itu seremoninya dilakukan di Bali, saat KTT Asia Timur dilaksanakan, sengaja dihadiri Presiden AS Barack Obama dan Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono. Artinya bobot bisnis dari kontrak itu diperkuat oleh bobot politik melalui kehadiran dua presiden.
Kontrak Boeing yang bernilai US$200 miliar itu diakui Obama sebagai hal positif dalam konteks kerja sama Indonesia-Amerika Serikat. Sebab kontrak itu akan membuka ribuan lapangan kerja baru bagi para pencari kerja di Amerika Serikat.
Selain Boeing, pemerintahan Obama juga mengamankan bisnis jual beli pesawat tempurnya. Indonesia sudah diizinkan Amerika Serikat untuk menambah koleksi jet tempur terbaru F-16. Tapi di luar itu, Indonesia masih mendapatkan hibah sebanyak 24 buah F16. Pesawat militer ini buatan General Aerodynamics.
Hibah 24 buah pesawat tempur itu, tidak penuh. Sebab Indonesia masih harus mengeluarkan biaya perbaikan sekitar Rp6 triliun. Jet-jet tempur itu perlu diperbaiki lagi karena kondisinya dalam keadaan tidak bisa diterbangkan.
Hibah dan penambahan beberapa unit pesawat baru F-16 serta kontrak pembelian 230 unit pesawat buatan Boeing ini, nampaknya merupakan satu paket bisnis AS di Indonesia. Seolah ada pesan dari Washington agar Jakarta jangan lagi berpikir atau tergoda dengan pesawat buatan pabrikan lainnya. Apalagi buatan non-Amerika seperti Rusia.
Tapi nampaknya Indonesia masih tergoda. Sebab sekalipun Indonesia sudah mendapat hibah, bahkan embargo militer sudah dicabut Washington, tetapi Indonesia masih terus melanjutkan pembelian pesawat sejenis dari Rusia.
Bagi AS, Sukhoi merupakan merek dagang yang menjadi saingan berat industri sejenis. AS tahu bahwa Indonesia sudah membeli 6 buah Sukhoi, masih berencana membentuk beberapa squadron. Bahkan squadron itu semuanya terdiri atas armada Sukhoi.
Kenyataan ini merupakan sebuah peluang sekaligus saingan bisnis bagi negara (AS dan Rusia) dan fabrikan manapun. Kebetulan total anggaran Indonesia untuk belanja Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan Strategis) sudah diumumkan. Bahwa untuk Alutsista dan kebutuhan lainnya, pemerintah RI mengalokasikan dana sebesar Rp190 triliun. Siapapun pasti tergiur dengan bisnis ini. Baik Putin maupun Obama.
Rencana penambahan jet tempur Sukhoi belum lagi mereda, tiba-tiba muncul aktivitas lain, bahwa Sukhoi sudah memproduksi pesawat komersil. Sejumlah perusahaan penerbangan swasta Indonesia bahkan telah memesan puluhan unit.
Mengemukanya kecurigaan bahwa kecelakaan itu diakibatkan oleh sabotase, antara lain akibat adanya reaksi Presiden Rusia Vladimir Putin. Bekas agen KGB itu kelihatan sangat marah atau terpukul. Melalui telepon, Putin minta Presiden SBY melakukan penyelidikan atas kecelakaan di Gunung Salak. Putin kelihatannya tidak percaya begitu saja bahwa kecelakaan itu wajar. Sukhoi bagi Putin merupakan salah satu ikon Rusia.
Tapi selain itu, SSJ 100 dimaksudkan untuk menguasai pasar Eropa, wilayah terdekat Rusia. Untuk itu anatomi pesawat ini, tidak semuanya menggunakan onderdil Rusia. Melainkan kombinasi antara Rusia dan pabrikan Eropa Barat.
Tetapi akibat kecelakaan itu, bukan hanya konsumen Eropa dan Indonesia yang berpikir ulang, melainkan tingkat kepercayaan atas teknologi Sukhoi dan Rusia terkontaminasi. Kecelakaan itu bakal membuat Rusia maupun Sukhoi memerlukan waktu yang lama untuk memperoleh pasar pembeli di dunia. Dan terbentuknya persepsi itu berkat operasi agen-agen terlatih entah dari pihak mana.
Bagaimana membuktikannya, memang tidak gampang. Sebab Kotak Hitam SSJ 100 itu sendiri yang diharapkan bisa membuka tabir penyebab kecelakaan, justru disebut-sebut sudah hangus terbakar. Sehingga kemungkinan memperoleh data dan fakta penyebabnya, menjadi berkurang.
Kabar lainnya, Kotak Hitam itu tidak akan diserahkan kepada Rusia, melainkan tetap ditahan di Indonesia. Tidak jelas apakah hal ini juga bagian dari pertarungan antara Rusia dan AS. Namun bila benar kecelakaan itu diakibatkan oleh sabotase, maka pekerjaan itu sangat efektif dan sempurna.
Kesempurnaannya semakin bertambah. Sebab dipilihnya Indonesia sebagai tempat sabotase, sangat kalkulatif. Maklum kecelakaan di negara berpenduduk 240 juta jiwa ini dengan 17.000 pulaunya, bukan lagi hal yang mengejutkan. Hampir setiap waktu terjadi kecelakaan. Tidak pernah ada yang berpikir bahwa kecelakaan itu ada juga yang disengaja atau sabotase.
http://web.inilah.com/read/detail/1862520/sukhoi-isu-pertarungan-cia-kgb-di-indonesia
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
KONSPIRASI
Intelijen Militer Rusia Tuduh AS Sabotase Sukhoi Superjet 100
Intelijen Militer Rusia Tuduh AS Sabotase Sukhoi Superjet 100
MOSKWA, KOMPAS.com — Dinas intelijen militer Rusia menduga jatuhnya pesawat penumpang Sukhoi Superjet 100 (SSJ100) di Indonesia dua pekan lalu disebabkan sabotase Amerika Serikat.
Pihak Rusia saat ini masih menyelidiki kemungkinan pihak AS menggunakan alat pengacak sinyal untuk mengacaukan penerbangan pesawat tersebut.
Dugaan tersebut muncul dalam artikel "Apakah Orang Amerika Terlibat dalam Kecelakaan Superjet?" yang dimuat tabloid Komsomolskaya Pravda di Rusia, Kamis (24/5/2012).
Menurut artikel itu, perusahaan-perusahaan dirgantara di AS punya kepentingan agar Sukhoi Superjet 100 gagal.
"Kami menyelidiki teori bahwa itu adalah sebuah sabotase industrial," tutur seorang pejabat GRU, dinas intelijen militer luar negeri Rusia, kepada tabloid tersebut.
Menurut pejabat yang tak disebutkan namanya itu, GRU sudah lama memantau aktivitas Angkatan Udara AS (USAF) di bandar udara di Jakarta. Tidak disebutkan bandara mana yang dimaksud pejabat tersebut.
"Kami tahu mereka memiliki teknologi spesial yang bisa mengacak sinyal dari darat atau menyebabkan sistem pembacaan data di pesawat tak berfungsi. Mungkin inilah masalah sesungguhnya pada peristiwa itu," tutur pejabat tersebut.
Pesawat Sukhoi Superjet 100 jatuh menabrak dinding tebing di Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (9/5/2012) lalu, saat melakukan penerbangan peragaan dalam rangka tur promosi. Kecelakaan itu menewaskan 45 orang di dalam pesawat, termasuk seorang warga negara AS.
Sukhoi Superjet 100 adalah pesawat penumpang pertama rancangan asli Rusia sejak Uni Soviet runtuh dan diharapkan menjadi awal kebangkitan industri penerbangan sipil di negara itu.
Kantor berita Agence France Presse (AFP) menyebut Rusia punya kebiasaan menyalahkan negara lain atas berbagai musibah atau kecelakaan besar yang terjadi di Rusia.
Pada Agustus 2000, saat kapal selam nuklir Kursk milik AL Rusia tenggelam di Laut Barents, seorang komandan AL Rusia menyalahkan AL AS hanya karena waktu itu ada beberapa kapal perang AS di sekitar lokasi latihan militer yang melibatkan Kursk.
Kemudian, tahun lalu, mantan Kepala Badan Luar Angkasa Rusia Yury Kotev kembali menyalahkan AS sebagai penyebab kegagalan penerbangan wahana luar angkasa Phobos Grunt yang sedianya akan menuju Bulan. Menurut Kotev, pancaran radar AS membuat wahana itu gagal.
http://internasional.kompas.com/read/2012/05/24/18465945/Intelijen.Militer.Rusia.Tuduh.AS.Sabotase.Sukhoi.Superjet.100
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
siasatan baru nak start tapi dah mula nak tuding jari pada pihak lain?
mau tanya.. itu a/c sukhoi superjet 100 mmg 100% buatan rusia ka? tak ada pakai parts n components dari us tau western europe ka?
mau tanya.. itu a/c sukhoi superjet 100 mmg 100% buatan rusia ka? tak ada pakai parts n components dari us tau western europe ka?
marc_zman- MODERATOR
-
Posts : 16328
Reputation : 611
Join date : 08/06/2010
Location : di atas tanah bekas hutan, paya dan ladang kelapa sawit.. tak tau laaa ntah sapa2 pernah kena tanam kat sini dulu.. kalu ada laa
Re: Untold Story Of Indonesia
Operasi Mapenduma - Papua
Journalist on Duty: Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma
Petikan wawancara Mantan Danjen KOPASSUS:
Journalist on Duty: Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma
Operasi pembebasan sandera Mapenduma adalah operasi militer untuk membebaskan peneliti dari Ekspedisi Lorentz '95 yang disandera Organisasi Papua Merdeka.
Operasi ini sebagian besar anggotanya berasal dari Kopassus. Operasi ini dipimpin oleh Komandan Kopassus Prabowo Subianto. Dalam operasi pembebasan ini, 2 dari 11 sandera ditemukan tewas, Matheis Yosias Lasembu, seorang peneliti ornitologi dan Navy W. Th. Panekenan, seorang peneliti biologi.
Selama empat bulan lebih seminggu, persisnya 129 hari, 11 sandera di tangan yang menamakan diri Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau yang disebut sebagai Gerakan Pengacau Keamanan Irian Jaya (GPK Irja), hidup di tengah hutan belantara.
Konon, terutama di hari-hari terakhir penyanderaan, mereka kadang makan, kadang tidak. Barulah sergapan Operasi Militer Pembebasan Sandera, yang sebagian besar anggotanya dari Kopassus, benar-benar mengakhiri penderitaan mereka. Memang, tak sepenuhnya ini sebuah sukses besar, 2 dari 11 sandera ditemukan tewas.
Berikut kronologi penyanderaan disusun dari berbagai sumber.
8 Januari 1996. Dikabarkan oleh Mission Aviation Fellowship cabang Wamena kepada Kodim Jayawijaya, Irian Jaya, sejumlah peneliti yang tergabung dalam Ekspedisi Lorentz '95 disandera oleh OPM kelompok Kelly Kwalik, di desa Mapenduma, kecamatan Tiom, kabupaten Jayawijaya.
Ekspedisi itu sendiri sudah berada di Mapenduma, sekitar 160 km di barat daya Wamena, sejak tanggal 18 November 1995.
10 Januari 1996. Kodim Jayawijaya melaporkan adanya penculikan itu ke Kodam Trikora. Belakangan diketahui, jumlah sandera 26 orang termasuk seorang bayi berusia sekitar enam bulan. Tujuh orang sandera adalah warga negara asing (empat Inggris, dua Belanda, dan satu Jerman).
11 Januari 1996. Kodam Trikora mengirimkan pasukan gabungan ke lokasi penyanderaan. Pada hari itu juga pasukan Kopassus tiba di Jayapura, dan langsung ke Wamena, kabupaten Jayawijaya.
13 Januari 1996. Sembilan sandera dibebaskan di Desa Jigi, Kecamatan Tiom. Mereka adalah empat karyawan Puskesmas Mapenduma, tiga aparat desa Mapenduma, dan dua guru SD Mapenduma. Pada hari yang sama, untuk pertama kalinya, penyandera melakukan kontak pembicaraan dengan Keuskupan Jayapura melalui radio komunikasi lapangan (SSB). Kepada Uskup Munninghoff di Keuskupan Jayapura itu, penyandera minta disediakan helikopter dan menyatakan keinginannya bertemu dengan tokoh agama.
15 Januari 1996. ABRI mengirimkan dua buah helikopter, obat-obatan, dan tiga tokoh agama: Paul Bourkat (ketua Missionaris), dan anggotanya bernama Andreas van der Boel, dan Uhuwanus Gobay (dari Sinode GKII). Mereka diharapkan menjadi mediator, karena mereka cukup akrab dengan Desa Mapenduma.
Hari itu helikopter pulang ketambahan satu penumpang, Frank Momberg, warga negara Jerman anggota WWF (World Wide Fund for Nature), salah satu lembaga yang ikut mendukung tim Ekspedisi Lorentz ini. Ia memang dilepaskan oleh penyandera, diminta menjadi mediator mewakili penyandera. Dari Moberg-lah diketahui seorang sandera, Martha Klein dari UNESCO, sedang hamil. Tapi, katanya, mereka semua diperlakukan dengan baik, semua cukup makan, tak ada yang sakit.
16 Januari 1996. Penyandera membebaskan lagi seorang wanita, Nyonya Ola Yakobus Mindipa dan bayinya yang baru berusia 6 bulan. Dia adalah istri Jakobus, petugas di Mapenduma yang biasanya menemani peneliti dari LIPI, yang juga ikut disandera. Dengan dibebaskannya ibu dan anak itu penyandera menuntut dikirimi makanan dan obat-obatan.
Kantor berita Reuter mengungkapkan bahwa Inggris telah mengirimkan tiga orang detektif anggota Scotland Yard ke Irian Jaya. Tetapi, Kapuspen ABRI Brigjen Suwarno Adiwijoyo mengaku belum mengetahui kedatangan mereka dan menyatakan bahwa bisa saja mereka datang ke sana (Irian, Red) untuk berpartisipasi, asalkan menghargai kedaulatan Indonesia.
17 Januari 1996. ABRI mengirimkan 10 buah selimut, rokok, dan mie instant dengan helikopter. Ini sebagai pertanda bahwa ABRI lebih suka mengadakan pendekatan persuasif, dan ini diwakili oleh para misionaris. Diharapkan mereka berhasil membujuk penyandera membebaskan sandera. Serangan militer dikhawatirkan membahayakan keselamatan sandera. Ini baru akan diambil bila jalan persuasif jelas gagal. Sementara itu Frank Momberg tetap bersama ABRI.
18 Januari 1996. Di hari ke-11 penyanderaan, wilayah Wamena ditetapkan sebagai kawasan non-fly zone, bebas penerbangan, kecuali ada izin dari petugas keamanan.
19 Januari 1996. Komandan Kopassus Prabowo Subianto menyatakan ada titik terang dalam upaya membebaskan sisa sandera, 14 orang. Ada pernyataan pers dari Sekjen PBB Boutros-Boutros Ghali agar para sandera segera dibebaskan melalui cara damai. Pada hari yang sama, ABRI mengirimkan dua orang misionaris, Paul Bourkat dan Andrian van der Boel, ke Mapenduma, tanpa Frank Momberg yang dipinjamkan oleh penyandera.
Pada malam harinya, pukul 20.00 waktu setempat, ABRI mengeluarkan pernyataan resmi bahwa pejabat ABRI telah mengajukan rencana pembebasan sandera secara damai kepada penyandera melalui para perantara. Ini merupakan kesimpulan setelah ABRI mendapat laporan dari dua misionaris tersebut. Konon, dua misionaris itu bertemu dengan Daniel Kogoya, komandan operasi yang berada di bawah kepemimpinan salah seorang tokoh OPM, Kelly Kwalik. Meski begitu, ABRI tetap menyiagakan pasukan.
20 Januari 1996. Sebuah sumber sipil menyebutkan bahwa para sandera asing berkirim surat ke negaranya masing-masing, yakni Inggris, Jerman, dan Belanda dan PBB, melalui kedubes masing-masing di Jakarta. Surat-surat itu konon dibawa oleh Frank Momberg. Inti dari surat tanpa sampul yang dibuat tanggal 10 Januari itu, adalah: permintaan agar ABRI tidak terburu-buru masuk, agar Inggris, Belanda, dan Jerman mengurus keselamatan mereka, dan bila ABRI masuk mereka akan dibunuh penyandera.
25 Januari 1996. Negosiasi antara dua misionaris dengan penyandera, yang sudah langsung dipimpin oleh pimpinan tertinggi sempalan OPM, Kelly Kwalik, di Mapenduma menemui kegagalan. Pada hari itu Kelly Kwalik bahkan menghapuskan isyarat-isyarat pembebasan sandera yang sebelumnya diberikan Daniel Yudas Kogoya. Ini dinyatakan oleh Kepala Penerangan Kodam Trikora Letkol Maulud Hidayat. Sumber militer di Wamena mengakui bahwa negosiasi-negosiasi antara ABRI, yang diwakili misionaris, dan pihak penyandera harus dimulai lagi dari awal.
4 Februari 1996. Setelah ABRI putus kontak dengan penyandera sejak 26 Januari, tersebar spekulasi bahwa Kelly Kwalik telah membawa sandera yang jumlahnya 14 orang keluar Mapenduma ke arah Papua New Guinea.
6 Februari 1996. Para keluarga sandera asal Inggris yang ditahan di Irian Jaya mengimbau agar putra-putri mereka segera dibebaskan. Menurut mereka, putra-putri mereka bukan merupakan bagian dari "pertikaian" yang terjadi di sana. Keluarga para sandera masing-masing Maarten van der Kolk, ayah dari Annette van der Kolk, Susan McIvor, ibu dari Anna McIvor, dan Carolyn Miller ibu dari Daniel Stark, serta Dr Kate Robson Brown, pacar dari William Oates mendatangi BBC Siaran Indonesia di London. Pada hari yang sama Kodam Trikora menyatakan bahwa pihaknya secara keseluruhan sedang melakukan cooling down, termasuk dalam pemberitaan di media massa.
7 Februari 1996. Tim ICRC (Komite Palang Merah Internasional) yang akan membantu Satgas ABRI untuk membebaskan sandera tiba di Wamena. Tim ini terdiri dari Ference Mayer dan Silviane Bonadei. Pada saat itu dikabarkan bahwa lokasi penyanderaan telah berpindah dari Mapenduma ke desa Geselama, sama-sama di kecamatan Tiom.
Ini merupakan pertemuan ICRC-Kogoya sejak duet Kwalik-Kogoya memutuskan kontak dengan Satgas ABRI dan para misionaris 25 Januari 1996. Kepada ICRC, Kwalik-Kogoya menyampaikan pembebasan sandera tidak bisa dilaksanakan 25 Februari 1996 karena harus menunggu izin dari pimpinan OPM di PNG.
24 Februari 1996. Penyanderaan telah memasuki hari ke-48. Harapan akan penyelesaian muncul setelah ada pertemuan antara Tim Palang Merah Internasional dengan Daniel Kogoya di kampung Geselama. Tapi Daniel masih merahasiakan keberadaan para sandera.
Sandera juga menyampaikan permintaan agar perwakilan dari negara-negara asal sandera: Inggris dan Belanda, untuk turut dalam rombongan Tim ICRC dalam pertemuan berikutnya. Daniel Kogoya sehari sebelumnya menitipkan film mengenai foto-foto kondisi para sandera. Tetapi sampai Sabtu malam, film itu belum tercetak akibat sulitnya mendapatkan studio foto di Wamena.
25 Februari 1996. Daniel Kogoya menyatakan tidak akan membebaskan para sandera sebelum mendapat kontak dari pimpinan mereka di Papua New Guinea (PNG). Pernyataan Kogoya itu disampaikan kepada Tim Komite Palang Merah Internasional. Tim ICRC juga belum diberitahu di mana posisi para sandera dan posisi para anggota OPM lain di sekitar Geselama itu. Pada pertemuan itu. Kogoya menyampaikan permintaan obat-obatan, bahan makanan, dan agar pembebasan sandera dihadiri perwakilan negara para sandera serta diabadikan dengan kamera video.
26 Februari 1996. Diperoleh keterangan bahwa para sandera ditempatkan di sebuah gua yang dijuluki "gua kelelawar", dengan ketinggian tujuh meter di atas tanah dengan cara menaiki tangga dan setelah sampai, tangga diambil kembali. Tim ICRC menyerahkan kaset yang berisi rekaman kebijakan Pangdam VIII Trikora Mayjen TNI Dunidja bahwa ABRI akan menarik pasukan dari lokasi sekitar penyanderaan, jika Kelly Kwalik dan Daniel Kogoya dapat membebaskan sandera dalam keadaan selamat. Kasum ABRI Letjen Soeyono mengingatkan, pihak ABRI akan mengambil tindakan tegas kalau sampai penyandera bertindak brutal.
29 Februari 1996. Tim ICRC yang terdiri dari Ferenc Mayer, Rene Suter, dan Silviane Bonadei bertemu Daniel Kogoya dan 13 sandera, di sebuah gubug di desa Geselama. Ini merupakan pertemuan pertama antara para sandera dan orang-orang di luar GPK setelah kontak antara mediator yang menghubungkan Satgas Pembebasan Sandera yang bermarkas di kantor Kodim 1702/Jayawijaya dan Daniel Kogoya terhenti, 25 Januari 1996. Pada pertemuan ini, Kogoya mengirimkan pesan kepada Tim Satgas bahwa pihaknya baru akan mempertimbangkan kemungkinan pembebasan sandera setelah pihaknya ada kontak dengan pimpinan GPK OPM di PNG.
2 Maret 1996. Kelly Kwalik - Daniel Kogoya menyatakan tidak akan melepaskan sandera sebelum mendapat pengakuan pemerintah RI terhadap keberadaan negara Republik Papua Barat.
4 Maret 1996. Moses Weror, pemimpin dewan revolusi OPM, mengumumkan bahwa pemimpin umat Katolik sedunia Paus Johanes Paulus II telah mengirimkan surat kepada Kelly Kwalik dan Kogoya yang isinya agar mereka segera melepaskan para sandera.
Menurut Weror, surat itu dibuat tanggal 25 Januari 1996 oleh Sekretaris Vatikan Kardinal Angelo Sodano dan dikirimkan melalui Uskup Jayapura Herman Munninghoff, dan Kwalik - Kogoya menyerahkan persoalan tersebut kepadanya. Tapi, Weror baru bersedia memerintahkan pembebasan sandera setelah pemerintah Indonesia menghubungi dirinya selaku ketua dewan revolusi OPM.
5 Maret 1996. Moses Weror menyatakan keinginannya melakukan negosiasi dengan pemerintah dengan syarat di dalam delegasi pemerintah terdapat tokoh seperti Menlu Ali Alatas, Ketua MPR/DPR Wahono, dan Ketua Umum PDI Megawati, dan pimpinan lembaga internasional.
Weror juga menuntut kehadiran pemerintah Inggris, Belanda, wakil UNESCO, pimpinan Palang Merah Internasional, dan Uskup Jayapura Herman Munninghoff mewakili Vatikan. Perundingan inilah yang, kata Weror, akan menentukan dibebaskan atau tidaknya sandera. Weror menyatakan, batas waktu pembebaskan sandera adalah September 1996, ketika berlangsung Sidang Majelis Umum PBB.
6 Maret 1996. Kepala Perwakilan Komite Palang Merah Internasional untuk Asia Tenggara yang berkantor di Jakarta, Henry Fournier, dan dr. Meyer tiba di Port Moresby untuk melakukan perundingan dengan OPM. Mereka terbang dari Jakarta melalui Cairns. Pihak GPK akan diwakili Moses Weror.
10 Maret 1996. Setelah bertemu tim ICRC di Port Moresby selama 2 hari, Ketua Dewan Revolusi OPM Moses Weror memerintahkan agar Kelly Kwalik - Daniel Kogoya membebaskan sandera yang belum dilepas. Weror menyebut keputusan itu sebagai Komunike 10 Maret.
Alasan Weror, penyanderaan yang telah berlangsung lama sudah mendapat perhatian internasional, dan sudah ada permintaan dari Sekjen PBB Boutros-Boutros Ghali, Paus Johanes Paulus II, Presiden Parlemen Uni Eropa, dan Pimpinan IRC di Swiss. Selain itu, Weror merasa puas setelah dijanjikan bahwa ICRC akan membuka perwakilan di Irian Jaya. Menurut Moses Weror, komunike itu dibuat setelah mempertimbangkan saran dari tokoh-tokoh OPM Irian Jaya di luar negeri.
14 Maret 1996. Di Port Moresby, PNG, Simon Allom, yang mengaku sebagai juru bicara Kogoya dan Kwalik, menyatakan kepada surat kabar setempat, Post Courier, mereka akan membunuh para sandera apabila tuntutannya tidak dipenuhi. Simon Allom juga menyatakan pihaknya tidak tunduk pada Moses Weror sebagai Ketua Dewan Revolusi OPM.
Tuntutannya, agar 4 wakil GPK Jacob Prai (mantan Presiden Dewan OPM), John Otto Ondowame (wakil OPM di Australia), Juru bicara pemerintah PNG William Jonggonao, dan seorang komandan OPM Bonny Anaia, diikutkan dalam perundingan pelepasan sandera. Bantahan Simon Allom ini menjadikan upaya pembebasan sandera yang sudah berlangsung hampir tiga bulan mentah kembali.
16 Maret 1996. GPK membebaskan sandera Abraham Wanggai. Dengan demikian sandera yang belum dilepas ada 13 orang, 4 orang di antaranya warga negara Inggris dan dua orang WN Belanda. (Tak begitu jelas tanggal pembebasan dua sandera sebelumnya).
(Setelah 16 Maret ini berita tentang sandera sepi. Pada pertengahan April berita dari Irian Jaya sempat mengejutkan masyarakat, tapi bukan soal sandera. Melainkan, terjadi insiden yang menewaskan sejumlah anggota Kopassus dan Kostrad, termasuk seorang letkol Kopassus).
15 April pukul 05 pagi, Letnan Dua Sanurip, 36, yang bertugas dalam operasi pembebasan sandera di Mapenduma, dengan senjata otomatis melakukan penembakan terhadap orang di sekitar lapangan terbang Timika. Diberitakan Letda Sanurip menembak mati 16 orang, termasuk diantaranya 3 perwira Kopassus, 8 pasukan Kostrad dan 5 warga sipil, salah satunya pilot Airfast Michael Findlay dari Selandia Baru, dan melukai 11 orang lainnya.
Akhirnya Tentara lainnya menembak kaki Letda Sanurip dan melumpuhkannya. Banyak versi yang menyebabkan Letda Sanurip melakukan penembakan tersebut, diantaranya karena malaria, stress maupun sakit hati pribadi. Tanggal 23 April 1997, Akhirnya Letda Sanurip di hukum mati (sumber Wikipedia).
Memasuki pekan kedua Mei 1996. ICRC menyatakan mengundurkan diri dari kegiatan mediasi antara Satgas ABRI dan Kelly - Kogoya. Alasannya belum jelas. Pihak ICRC menyatakan, mereka terpaksa mundur karena tak bisa lagi berada di posisi netral, tapi harus memihak. Sementara itu, salah satu helikopter yang mengawal tim ICRC dikabarkan jatuh karena mesin rusak. Semua yang berada di heli itu tewas, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.
HARI belum siang ketika helikopter tumpangan para juru runding Palang Merah Internasional (ICRC) mendarat perlahan di Kenyam. Ini kampung kecil di pinggir hutan Papua, 15 menit naik helikopter dari Mapenduma, Kecamatan Tiom, Jayawijaya, yang menjadi pusat kendali Operasi Gabungan Pembebasan Sandera Peneliti Lorents '95. Henry Fournier, Kepala Misi ICRC Jakarta, turun dari heli dengan wajah kuyu.
9 Mei 1996. Pembebasan 12 sandera (lima sandera peneliti biologi Indonesia dan tujuh peneliti asing dari Inggris, Belanda, dan Jerman) buntu. Upaya pembebasan damai ICRC yang melelahkan, selama hampir empat bulan, gagal total. Pesta *toot* yang diminta pentolan gerombolan, Kelly Kwalik, sebagai syarat pembebasan sehari sebelumnya, diingkari oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM). "Kami minta ubi harus dapat ubi, tidak mungkin minta ubi dapat ketela," demikian kata-kata kiasan Daniel Kogoya, salah satu pimpinan OPM, ketika mengakhiri negosiasi.
OPM tetap berkukuh pada tuntutannya: pemerintah RI harus mengakui kemerdekaan Negara Melanesia Barat seperti tuntutan awal mereka.
Maka, segera setelah ada izin dari otoritas tertinggi Jakarta dan persetujuan wakil negara-negara yang terlibat dalam negosiasi, delapan helikopter jenis Bell 412 dan Bolco 105 milik Dinas Penerbang AD bersegera mengangkut tim pemukul dari Kopassus menuju sasaran. Tujuannya, Mapenduma. Di sana para sandera disekap.
Brigjen Prabowo Subianto (saat itu komandan pasukan Baret Merah) turut serta dalam penyerbuan itu. Namun sandera yang sudah dibawa kabur gerombolan ke tengah hutan ternyata gagal ditemukan. Operasi pencarian pun dilanjutkan kembali.
Satuan pemburu jejak yang telah menguntit gerakan gerombolan langsung di hutan selama berbulan-bulan diperintahkan mempertajam daya endusnya. Unit ini terdiri dari anggota Kopassus dan tentara asal Papua yang sudah mendapat pelatihan memburu jejak dan survival di hutan.
Hasil kuntitan tim inilah yang menentukan titik koordinat keberadaan para penyandera. Kegiatan mereka dibantu pengamatan udara dengan pesawat tanpa awak RPVs (remote pilot vehicles) yang dilengkapi sistem airborne thermal infrared sensing system (ATIRSS), penjejak panas yang disewa dari Singapura.
14 Mei 1996. Kasum ABRI Letjen Soeyono menyatakan bahwa setelah empat bulan ditempuh upaya persuasif tidak membawa hasil, termasuk melalui ICRC, pihak ABRI telah memutuskan untuk membebaskan sandera dengan operasi militer. "Sekarang ini tim sedang melakukan pengejaran GPK untuk memburu anggota GPK," katanya.
15 Mei 1996. Drama penyanderaan 129 hari itu diakhiri. Satu unit (sembilan orang) pemukul Kopassus berhasil menjepit gerombolan. Upaya ini berhasil menyelamatkan sembilan sandera oleh tim pencegat dari Batalion 330. Dari 11 sandera yang masih bersama OPM, 9 sandera dibebaskan dengan selamat, sedangkan dua yang lain, keduanya warga negara Indonesia, masing-masing Navy Panekenan dan Yosias Mathias Lasamahu, meninggal dunia dibacok OPM.
Di pihak OPM, menurut keterangan ABRI, 8 orang tewas dalam pertempuran jarak dekat, dua ditahan. Sedangkan operasi pembebasan ini, didukung 400 personil ABRI dari berbagai kesatuan, sebagian besar dari Kopassus; tak satu pun menjadi korban. Sedangkan dari pihak TNI tercatat lima anggotanya gugur akibat jatuhnya sebuah helikopter saat penyerbuan. Inilah akhir drama penyanderaan selama 129 hari.
Operasi pembebasan itu memang dirancang melibatkan kesatuan Marinir, Batalion 330 Kostrad, dan Batalion Organik Kodam VIII Trikora sebagai pasukan penyekat. Pasukan ini stand-by di titik-titik yang sudah di-tentukan oleh geolog Wanadri, Tedy Kardin.
"Ini operasi gabungan yang melibatkan banyak kesatuan," ujar Prabowo. Menurut Prabowo, mengutip statistik dari Federal Bureau of Investigation (FBI), pembebasan sandera dengan operasi bersenjata 50 persen akan gagal. Maka, jalan damai harus diprioritaskan. Di sinilah perlu keterlibatan pihak netral, termasuk Palang Merah Internasional. Menurut Prabowo, ICRC bisa dipercaya. "Saya sempat diejek beberapa senior saat itu: disuruh membebaskan kok malah negosiasi," ujar pensiunan jenderal bintang tiga yang sekarang menjadi pengusaha minyak itu.
Selama menunggu negosiasi damai itulah Prabowo melatih anak buahnya secara spartan, mengantisipasi bila sewaktu-waktu perundingan gagal. "Opsi pembebasan jalan kekerasan harus tetap disiapkan," katanya.
Materi pelatihan terutama berupa pendaratan fast trooping dan fast raffling dari helikopter. Termasuk melatih para penguntit jejak musuh. Dalam masa latihan ini, seorang perwira sempat mengalami stress dan menembak mati 11 tentara dan lima orang sipil di lapangan terbang Timika sebelum dilumpuhkan.
Operasi pembebasan sandera kemudian dinyatakan selesai, diteruskan pemburuan OPM, dipimpin langsung oleh Pangdam Trikora Mayjen Dunidja.
Petikan wawancara Mantan Danjen KOPASSUS:
Di awal tahun 1996, sekelompok peneliti Lorentz dari berbagai negara menjadi korban penyanderaan Organisasi Papua Merdeka atau OPM di Mapenduma, Papua.
Drama penyanderaan Tim Ekspedisi Lorentz yang berlangsung selama 4 bulan itu berakhir setelah pasukan Kopassus dan Kostrad 330 melakukan operasi khusus, dan berhasil menyelamatkan para sandera pada bulan Mei tahun 1996.
Program acara Mata Najwa Metro TV mengangkat kisah penyanderaan Mapenduma ini dengan mengambil judul “Dalam Sandera.” Dua narasumber dihadirkan dalam acara yang dipandu Najwa Shihab ini, yaitu Jualita Tanasale (pemimpin Tim Ekspedisi Lorentz) yang menjadi salah seorang sandera, dan Letjen. (Purn.) TNI Prabowo Subianto yang pada waktu itu menjadi Danjen Kopassus.
Seperti apa strategi yang dilancarkan sehingga misi penyelamatan sandera berhasil? Berikut perbincangan Najwa Shihab dengan Prabowo Subianto yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, yang ditayangkan Metro TV pada Rabu, 27 April 2011 pukul 22.05 WIB:
Najwa Shihab (NS): Pak Prabowo, Anda memimpin dan penanggungjawab operasi pembebasan sandera di Mapenduma, berkaca pada peristiwa itu belasan tahun lalu, apa kesulitan terbesar pada saat itu?
Prabowo Subianto (PS): Kesulitan yang paling besar waktu Mapenduma adalah alam. Jadi lingkungannya sangat sulit. Hutannya sangat sulit. Pohonnya sangat tinggi. Lebat. Komunikasi tidak ada. Dan kita tidak punya peta daerah itu. Biasanya kalau tentara itu pakai peta topografi 1:50.000. Bahkan ada negara-negara maju bisa 1:25.000. Kadang 1:10.000. Jadi lebih detail, lebih akurat. Kita pakai peta 1:1.000.000, ha…ha…ha….
Dulu kita tidak punya akses pada satelit. Kalau sekarang lebih gampang, banyak satelit komersial bisa kita beli. Beli waktu, beli foto. Secara keseluruhan, kalau statistik itu ada statistik FBI. Dari semua operasi pembebasan sandera yang dicatat oleh FBI di seluruh dunia itu tingkat keberhasilannya hanya 50 persen.
NS: Kalau tadi kondisinya demikian sulit, peralatannya kemudian minim, nah apa yang menyebabkan operasi ini kemudian berhasil dengan probabilitas hanya 50 persen seperti tadi?
PS: Yah, TNI pada waktu itu semangatnya tinggi. Modal kita semangat. Mungkin sekarang bisa disebut nekat. Tapi juga, ada faktor X. Katakanlah faktor keberuntungan, faktor karunia Tuhan. Bahkan, waktu itu, ada perwira SAS Inggris yang menilai kita tidak mungkin berhasil. James Bond yang bisa berhasil. Mereka katakan itu.
NS: Hanya James Bond?
PS: Ya hanya James Bond. Ha… ha…ha… Itu saya ingat benar. Sesudah berhasil, baru dia datang ke posko saya, semua difoto. Peta, kita bikin bak pasir. Jadi kalau dalam operasi militer, operasi khusus, sebelum menyerang satu sasaran kita duplikasi medannya itu di atas bak pasir. Itu bak pasirnya difoto oleh mereka. Ha…ha…ha… Semua difoto.
NS: Lalu apa yang waktu itu akhirnya memutuskan operasi militer harus dilakukan karena tadi Anda katakan 50 persen statistik dari FBI. Saat apa yang menentukan negosiasi berakhir dan operasi militer dilakukan?
PS: Waktu itu kita langsung menerima tawaran palang merah internasional, ICRC, untuk mediasi. Jadi mereka mediasi, dan kita welcome, kita persilakan. Petunjuk yang saya terima dari pimpinan TNI, waktu itu dari Panglima ABRI dan dari Presiden adalah usahakan dengan negosiasi. Kita sudah empat bulan negosiasi.
Nah repotnya ini khan di Papua. Kita tidak mungkin menahan mereka di satu kawasan. Jadi dia pindah-pindah terus. Dalam empat bulan kalau tidak salah, dia pindah 23 kali. Yang kita khawatir suatu saat mereka pindah kita kehilangan jejak. Bisa bertahun-tahun sandera itu ditahan. Jadi ya sudah bikin upacara pembebasan, waktu itu mereka minta sumbangan ternak, ternak *toot* sekian puluh.
NS: Sebagai tanda pembebasan?
PS: Ya perdamaian. Ternyata pada hari yang disepakati, kalau tidak salah 30 April, tidak terjadi apa-apa. Ketika intersepsi surat dari salah satu pimpinan OPM di luar kawasan itu. Kita berhasil intersepsi surat itu. Surat itu adalah perintah bahwa sandera warga negara Indonesia harus dibunuh.
Jadi yang akan hidup hanya warganegara asing. Itupun tidak dibebaskan tapi dibawa terus ke dalam hutan. Setelah itu kita putuskan. Saya sarankan ke Panglima ABRI waktu itu melalui KaBAIS, petunjuknya dari atas, operasi pembebasan sandera.
NS: Apa yang terjadi di lokasi, bagaimana kemudian itu disergap, karena kita tahu ada dua sandera Indonesia akhirnya tewas? Detik-detik itu seperti apa?
PS: Kita lakukan serbuan. Karena pada waktu itu kita tidak punya satelit, kita tidak bisa dapat gambaran real, real time, kita berdasarkan hasil analisa. Analisa kita mereka berada di antara enam titik. Sandera ada di situ. Jadi saya putuskan, serbu enam titik itu sekaligus. Jadi kita pakai enam helikopter, dengan satu helikopter komando di atas, satu helikopter bantuan. Kita masuk ke-enam sasaran. Pada saat itulah sandera dibawa oleh GPK/OPM masuk ke hutan. Nah pada saat itu akhirnya beralih kepada operasi pengejaran. Dari 26 sandera, dua sandera yang tidak berhasil kita selamatkan, dan 24 lainnya berhasil kita selamatkan.
NS: Dan tidak ada korban sama sekali dari pihak tentara?
PS: Ada. Korbannya karena salah satu pesawat yang saya pimpin jatuh. Jadi kita membuktikan bahwa TNI siap berkorban untuk menegakkan kedaulatan. Kita harus menyelamatkan semua warga negara Indonesia, dan semua warga negara asing yang menjadi tamu bangsa Indonesia harus kita jamin keselamatannya.
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
Kisah Bantuan Militer Indonesia di Laos
SELAMA periode 1965-1966 kekuatan netral dari Kong Le menerima bantuan militer dari Indonesia, dalam upaya untuk mempertahankan tingkat tertentu kebebasan dari Amerika. Unit netral ditempatkan di Dataran Jars kemudian disuplai senjata dan amunisi oleh AURI C-130 dan An-12s yang transit dari Phnom Penh di Kamboja. Salah satu AURI C-130Bs terlihat di sini take off selama sortie.
Pada tahun 1965, orang Indonesia juga terlibat dalam perang di Laos, secara terbuka mendukung Kong Le. Mereka mulai melatih pasukannya sebagai pasukan payung di udara dan taktik serta mengirim amunisi dan senjata. Akhirnya, Tentara penasihat Indonesia melatih total enam batalyon paratroop netralis, semacam infanteri ringan "elite" seperti pasukan Linud.
Pesawat AURI C-130 yang digunakan untuk mengangkut pasokan militer termasuk obat-obatan, senjata dan seragam untuk pasukan netral, dan mengangkut 65 perwira junior yang terpilih untuk menerima pelatihan di Indonesia.
Selama kudeta anti-komunis tahun 1965 di Indonesia, Para Perwira yang dilatih ditempatkan di bawah tahanan rumah untuk menjaga keamanannya sampai selesai dan kemudian pelatihan dilanjutkan.
Selanjutnya, Desember 1965, pasokan lebih banyak dikirimkan melalui pesawat transportasi AURI An-12, dan pada bulan April 1966, petugas yang telah selesai pelatihan dibawa kembali ke Laos, membentuk Batalyon ke-58, awalnya berbasis di dekat Vientianne.
Pada November 1966 sisa petugas dari Laos, dilatih dalam komunikasi, dan diterbangkan pulang menggunakan pseawat C-130.(GM)
http://www.acig.org/artman/publish/article_348.shtml
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
Mengenang Kembali Operasi Trikora
Pernah PM Singapura Lee Kuan Yew dalam sebuah pidato tanpa teks di sebuah gedung teater bulan Agustus 1990, dengan isengnya menyebut perebutan Irian Barat merupakan ambisi pribadi Soekarno, karena dia tak mampu memberi makan rakyatnya, sehingga dialihkan ke sebuah gelora semangat yang bisa melupakan rasa lapar perut rakyat. Ucapan itu beberapa waktu kemudian didamprat langsung oleh Soeharto, seorang sahabat kentalnya.
Dalam pertemuan mereka di Batam setelah ucapan Lee Kuan Yew itu, Soeharto secara halus dengan ke-Jawa-annya, mengatakan langsung kepada Lee, bahwa perebutan Irian Barat bukan ambisi seseorang, tapi amanat proklamasi. Artinya, wilayah Irian Barat adalah sebuah kemutlakan sejarah sebagai milik bangsa Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke.
Achmad Yani...Perang..!!!!
Untuk merebut Irian Barat, Soekarno punya koleksi diplomat ulung yang bisa dengan rasional mengatakan pada lawan bicara bahwa hitam itu putih, dan putih itu hitam. Sebut saja Menteri Luar Negeri Soebandrio, Duta Besar Mukarto Notowidigdo, Duta Besar RI di Washington Zairin Zain, Duta Besar RI Adam Malik di Moskow, juru bicara Deplu Ganis Harsono atau diplomat muda Alex Alatas, untuk menyebut beberapa contoh.
Simpanan Soekarno di kubu militer sebagai otak strategi bertempur merebut Irian Barat, diisi oleh beberapa perwira muda cemerlang berotak strategis. Hanya dalam hitungan minggu setelah mengumumkan Trikora, Soekarno langsung mengangkat Achmad Yani sebagai Menteri Pangad (Kepala Staf Angkatan Darat), dan menunjuk Soeharto sebagai panglima yang bertanggung penuh di lapangan secara militer.
Diangkatnya Yani sebagai Pangad, membikin banyak pihak musuh (Belanda dan kawan-kawan) terperanjat. ”Wah, ini-mah perang!”, demikian penilaian mereka terhadap Yani. Dia adalah tipe prajurit pejuang dan tempur, yang dalam melaksanakan suatu strategi, sering berada diluar perhitungan pihak lawan. Seperti yang dia buktikan waktu menumpas pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatera, tahun 1958.
Pada waktu kota Pakanbaru (Riau) dikuasai pemberontak, Yani melakukan manuver ’airborne attack’, yang membuat usaha ’silent operation’ dari Amerika buyar. Waktu itu Amerika mendukung pemberontak dan sudah siap-siap dengan Armada Ketujuh-nya di Selat Malaka (tak jauh dari kota Pakanbaru), untuk melakukan sebuah intervensi pendadakan. Yani menghancurkan rencana itu beberapa hari sebelum musuh melakukannya.
Soekarno boleh bangga punya stok perwira tangguh, diplomat ulung dan gelora semangat rakyat yang sebagian besar mau mengikuti komandonya merebut Irian Barat. Tapi itu belum cukup. Otot militer Indonesia masih kendor. Tidak terlalu siap dan kuat untuk berkelahi dengan militer pihak musuh. Namun itu hal yang gampang dan masalah kecil bagi Soekarno. Dia punya stok teman-teman untuk mendapatkan senjata. Dari negara barat tentunya kurang mungkin, karena mereka lebih menoleh ke Belanda, dalam bentuk simpati daripada mendukung Indonesia. Nah, siapa lagi kalau bukan negara-negara komunis untuk minta bantuan senjata?
Jadilah Uni Soviet sebagai arsenal Indonesia untuk berperang melawan Belanda. Ini membuat penampilan militer agak unik di dunia waktu itu. Kebanyakan perwira tinggi militer Indonesia, pernah mengenyam pendidikan militer di Amerika Serikat. Ketika mereka harus bertempur, untuk merebut Irian Barat, mereka memakai hampir semua senjatanya hasil buatan Uni Soviet. Dua kombinasi aneh, mengingat antara Amerika Serikat dan Uni Soviet sedang dalam perang dingin ketika itu.
Pada waktu berkunjung ke Uni Soviet bulan September 1989, Soeharto menyampaikan rasa terima kasih Indonesia secara langsung kepada Mikhail Gorbachev, atas bantuan Uni Soviet untuk Indonesia dalam merebut propinsi yang sekarang bernama Papua itu. Ini sebuah bukti bahwa Uni Soviet mendukung penuh Indonesia dalam merebut Irian Barat, baik moral, diplomatik dan tentunya senjata.
Sebagai orang yang bertanggung jawab di lapangan secara militer, Soeharto merasa perlu menyampaikan ucapan itu secara langsung kepada pihak yang membantu, meski sudah terlambat 26 tahun sejak Irian Barat telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Indonesia. Ya... karena Soeharto sendiri yang memakai senjata itu.
Gugurnya seorang perwira tinggi militer Indonesia dalam rangka merebut kembali Irian Barat, berhari-hari menghiasi halaman surat kabar pers di belahan dunia. Yang pasti di Indonesia, Australia dan tentunya di Belanda yang lagi kesenengan dengan gemilang menewaskan Jos Sudarso. Beberapa kalangan di Belanda, menyebut gugurnya Jos Sudarso sebagai “jawaban jitu atas Trikora-nya Sukarno”. Bahkan pers Belanda waktu itu berpesta pora sambil menulis, “ini pelajaran pahit pertama untuk kepongahan Soekarno”. Hip hip huraaaa…!
Berbeda sekali perasaan yang tercermin di pihak Indonesia. Kalangan militer sangat terpukul dengan peristiwa di Laut Aru itu. Bahkan KSAL Laksamana RE Martadinata menangisi kematian Jos Sudarso, sahabat dekatnya. Jangan ditanya bagaimana reaksi Soekarno. Justru dialah orang yang paling murka dengan kejadian di Laut Aru itu.
Dari kalangan dekat istana, seperti dari Sekretaris Negara Muhammad Ichsan, terbetik berita bahwa Soekarno marah bagaikan ’celeng ketaton’. Maksudnya, seperti *toot* hutan yang ngamuk karena dilukai. Panik! Hal ini sangat beralasan. Pertama sebagai pukulan psikologis buat dia sendiri, yang memukul genderang perang merebut Irian Barat, hanya sebulan sebelum peristiwa Laut Aru. Kedua, beberapa hari sebelumnya, Soekarno lolos dari percobaan pembunuhan di Makassar, kota yang menjadi pusat komando dalam merebut Irian Barat. Ketiga, suasana politik dan ekonomi dalam negeri yang sedang runyam, karena ada perselisihan diantara politisi dan semrawutnya sistem ekonomi. Dan terakhir, dengan penderitaan penyakit ginjal yang secara potensial bisa merusak tubuhnya, sehingga dia selalu menolak mencari alasan bila ingin dioperasi ginjalnya. Takut mungkin. ”Nanti sajalah kalau Irian Barat sudah berhasil direbut”, alasan Soekarno kepada tim dokternya.
Beberapa hari setelah gugurnya Jos Sudarso, Soekarno langsung mengganti KSAU, dari Surjadarma ke Omar Dhani, karena alasan pihak AU belum bisa membantu secara optimal.
Hanya beberapa hari usai peristiwa di Laut Aru, Panglima Kodam Hasanuddin M. Jusuf (kelak menjadi Menteri Pertahanan dan Panglima TNI), mendadak terburu-buru pergi ke bandara Mandai (sekarang Hasanuddin) di Makassar. Dia bergegas menjemput dua petinggi yang datang dari Ambon, terkait gugurnya Jos Sudarso.
Kedua petinggi itu datang, diiringi awan mendung hujan rintik, seperti suasana sendu yang merundung pihak militer Indonesia. Kedatangan mereka layaknya seperti menjemput seseorang yang baru kembali dari sebuah ’secret mission’ yang maha penting dan tak perlu diketahui oleh pihak manapun. Siapa mereka?
Mereka adalah Johannes Leimena, Wakil Perdana Menteri II saat itu dan sering menjadi pejabat presiden bila Soekarno pergi ke luar negeri. Satu lagi, Jenderal Moersjid yang juga menjabat Deputy Pertama Panglima AD. Moersjid adalah perwira yang dikenal tak doyan ngomong, apalagi sama wartawan.
Begitu keluar dari pesawat, tak ada senyum yang menghias bibir Leimena. Apalagi dari Moersjid, yang terlihat jelas keletihan di wajahnya. Bajunya pun tampak belum diganti berhari-hari. Namun ada yang agak mengejutkan dari jas hutan yang ditentengnya. Terlihat ada percikan darah kering yang banyak menempel. Ada sesuatu yang disembunyikan dari kedatangan mereka.
Gerakan tutup mulut mereka hampir saja berhasil, bila saja tidak dipancing pertanyaan oleh kalangan wartawan yang ikut menjemput dua orang penting itu. Leimena yang langsung duduk di sudut ruangan VIP langsung berbicara serius setengah berbisik dengan M. Jusuf. Sampai-sampai dia tak tahu bila pelayan telah menyuguhkan minuman hangat kepadanya. Bila ditanya tentang Jos Sudarso, Leimena mengelak dan melemparkan ke Moersjid. ”Tanya saja pada Jenderal Moersjid!”, elaknya.
”Apa yang kami bisa tulis jenderal?”, pancing wartawan. Dengan khas lesung pipitnya, Moersjid akhirnya mau buka katup mulutnya dan meluncurkan beberapa kata keluar dari bibirnya.
”Ceritakan pada semua orang dari Maluku Tenggara (Laut Aru) tentang ”mooie rozen en maneschijn”. Ini sebuah ungkapan bahasa Belanda yang artinya kira-kira ”melati indah dan terang purnama”.
”Maksudnya apa jenderal? Hanya itu?”, pancing wartawan sambil mendesak Moersjid agar berterus terang dengan kejadian di Laut Aru. Moersjid memang dikenal sebagai seorang perwira yang tak suka ngomong. Doyannya ya bertempur. Kalau tugas militernya selesai dengan tuntas dan menang, dia merasa seperti orgasme. Puas!
”Saya belum melapor ke pusat”, balasnya dengan tatapan tajam, lalu diam seribu bahasa.
Ternyata setelah kedatangan dua pejabat penting itu, ada bocoran bahwa Jenderal Moersjid adalah perwira yang berada dalam satu dari MTB (motor torpedo boats) dan menyaksikan sendiri pertempuran di Laut Aru hingga menyebabkan gugurnya Jos Sudarso. Sejak itu dapat ditafsirkan apa artinya ”melati indah dan terang purnama”. Moersjid adalah perwira yang senang melihat setiap pertempuran sebagai sesuatu yang indah, seperti pertempuran di Laut Aru yang baru saja dia alami bersama rekannya yang gugur, Jos Sudarso.
Meskipun pihak militer dirundung sedih dengan gugurnya Jos Sudarso, Achmad Yani adalah perwira yang tak surut sedikitpun semangatnya. Ketika ditanya wartawan di Makassar, dia lantang menjawab setiap pertanyaan.
”Peristiwa itu tak akan menghancurkan tekad kita. Tapi sebaliknya, memperbesar dan mempersatukan tekad kita, bagaimana cara menghadapi kaum imperialis”, ujar Yani berapi-api. Kata ’imperialis’ sangat lazim digunakan saat itu untuk merujuk ke beberapa negara barat yang ingin mengulangi kajayaan kolonial mereka masa lampau. Bahkan Yani menampik bahwa bahwa perebutan Irian Barat merupakan ambisi pribadi Soekarno.
”Itu tidak benar!”, kata Yani dengan mata sambil melototi satu persatu wartawan yang menyimaknya. ”Bagi saya pribadi, masalah Irian Barat bukan masalah rasio yang bekerja. Tapi lubuk hati. Perasaan saya”, ujarnya sambil menunjuk ke dadanya.
Yani dikenal sebagai perwira kesayangan Soekarno, yang berpikiran strategis dengan ketepatan kalkulatif di lapangan, berani berkoar bahwa dalam pertikaian antara Indonesia dan Belanda, kemenenangan ada di pihaknya, meski jelas terbukti Jos Sudarso sudah tewas dihajar Belanda.
”Kemenangan dalam satu atau dua pertempuran atau mungkin lebih, bukanlah kemenangan dalam sesuatu peperangan. Kemenangan suatu peperangan adalah kemenangan terakhir”, ujarnya kepada segelintir wartawan yang khusus diundang untuk mendapat briefing langsung darinya di Makassar.
”Dan kamilah, bangsa Indonesia yang akan menentukan kemenangan terakhir. Bukan Belanda!”, katanya berapi-api penuh dengan janji, yang kelak memang terbukti tepat.
”Ini dapat saya pastikan menurut penilaian perimbangan kekuatan, strategi politik dengan segala sangkut pautnya antara Belanda dan kita”, tambah Yani. Dan akhirnya pada bulan Mei 1962, Radio Biak dan Radio Australia yang kemudian dikutip seluruh pers dan radio di seluruh dunia, mengumumkan bahwa Indonesia telah menerjunkan pasukan parasut di pesisir barat Irian Barat.
Padahal setiap ahli strategi barat telah mencoba meyakinkan Belanda sebelumnya, bahwa wilayah Irian Barat tak mungkin dapat diterjunkan pasukan payung, melihat keadaan medannya yang ganas, serta faktor-faktor lain yang bisa menjadi syarat mutlak dalam suatu pertempuran hutan.
Akhirnya pada awal tahun 1963, wilayah Irian Barat berhasil direbut kembali oleh Indonesia. Soekarno boleh bangga dengan mengganti semua nama-nama Belanda di bumi Irian dengan nama berbau Indonesia. Dia boleh sombong membangun Tugu Pembebasan Irian Barat di pusat Jakarta, sebagai simbol kemenangan, persis beberapa meter dari bekas monumen kolonial kemengangan Waterloo. Soeharto sebagai pangliman Mandala yang bertanggung jawab di lapangan, mendapat reputasi cemerlang. Yani memperoleh legitimasi sebagai perwira TNI yang strategis dan ulung, meski banyak korban di pihak militer Indonesia. Nasution juga bisa menepuk dada. Dan Moersjid bisa mengatakan ”melati indah dan terang purnama” di setiap pertempuran melawan Belanda.
Di jalur diplomatik pun Indonesia membuktikan kepiawaian berargumentasi secara rasional dengan lawan bicaranya, dan juga membujuk teman untuk membantu.
Indonesia bisa menang dan bangga dengan merebut Irian Barat. Namun sampai kini Indonesia belum sepenuhnya menang merebut hati rakyat di Irian Barat, yang sekarang bernama Papua dan menjadi tiga propinsi. Apalagi menang dalam memberi kesejahteraan bari rakyat Papua. Indonesia kalah.
http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=9856&type=121#.UO1BPHC3m3U
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
cuba ante2 cerita pasal Mantan Lt Jen Prabowo masa satu operasi bersama RPKAD ada kata beliau dikepung di ladang tebu kemudian ladang itu dibakar dan beliau ditangkap tapi dilepaskan kerana Bapa Beliau disegani ramai Pakar Ekonomi Indonesia masa tu.. ada kata beliau dapat melarikan diri ada kata beliau dapat meloloskan dari Ladang tebu tu ada cirita yg paling tepat
samuraisan- Major
-
Posts : 1124
Reputation : 273
Join date : 31/05/2010
Re: Untold Story Of Indonesia
red army wrote:Mengenang Kembali Operasi Trikora
Pernah PM Singapura Lee Kuan Yew dalam sebuah pidato tanpa teks di sebuah gedung teater bulan Agustus 1990, dengan isengnya menyebut perebutan Irian Barat merupakan ambisi pribadi Soekarno, karena dia tak mampu memberi makan rakyatnya, sehingga dialihkan ke sebuah gelora semangat yang bisa melupakan rasa lapar perut rakyat. Ucapan itu beberapa waktu kemudian didamprat langsung oleh Soeharto, seorang sahabat kentalnya.
http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=9856&type=121#.UO1BPHC3m3U
Ini salah satu propaganda terkenal barat dengan tujuan character assasination terhadap soekarno untuk menciptakan indonesia adalah common enemy.....hehehe.
Inilah sebabnya soekarno berpaling ke USSR untuk merebut irian jaya.
Walaupun barat tahu bahwa irian jaya adalah seharusnya diserahkan kepada indonesia karena termasuk wilayah jajahan belanda tak kan semudah itu mereka mau lepaskan.
Contoh terdekat adalah aksi sekutu menyerang irak dengan alasan weapon of mass destruction yang tak pernah dimiliki irak.
Itu hanya propaganda saja untuk membuat opini dunia irak mesti diserang....hehhehe
@hli- Captain
-
Posts : 715
Reputation : 85
Join date : 06/08/2010
Re: Untold Story Of Indonesia
Panglima Mandala Jendral Suharto
Whiskey Class Sub Operasi Trikora
Whiskey Class Sub Operasi Trikora
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
50 Tahun Emas Kisah Heroik dan Perjalanan SATKOPASKA
Bonus : Jam Tangan Kopaska
Gerakan begitu cepat, membuat tak ada satu pun ABK kapal Malaysia yang menyadari kehadiran Ismail diatas kapal. Tanpa basa basi Ismail langsung mendobrak pintu samping kapal.
"Dimana komandan kapal", dengan wajah ketakutan ABK itu menunjukkan ruang komandan kapal. Bentakan ini mendapat jawaban lirih dengan logat melayu kental.....
Sang komandan menjawab bahwa keberadaan kapal hanya sebatas menjalankan perintah. "Ini wilayah Indonesia, jadi setelah saya turun dari kapal ini, segera kalian pergi dari wilayah ini".
Pihak Malaysia sama sekali tidak menduga aksi Ismail dan rekan rekannya. Mereka mendekati dan menaiki kapal tanpa sepucuk senjata pun. Hal ini pula yang membuat mereka gentar. Begitu Ismail loncat kembali ke perahu karet, kapal pertama langsung angkat jangkar dan kabur dari Karang Unarang.
Bonus : Jam Tangan Kopaska
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
samuraisan- Major
-
Posts : 1124
Reputation : 273
Join date : 31/05/2010
Re: Untold Story Of Indonesia
samuraisan wrote:
citer dongeng lagi
Dongeng yang dibuat narasumber Dinas Penerangan Angkatan Laut Indonesia dan komandan Satpaska,malaysia bisa memprotes kebenaran cerita dongeng ini lewat duta besar malaysia di indonesia ke TNI AL,karena mencemarkan nama baik bangsa.
Diprotes juga ke Majalah Angkasa,yang sudah melakukan pembuatan buku dongeng,yang sudah membuat cerita bohong.
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
haipppppp!
mumuchi- GLOBAL MODERATOR
-
Posts : 19551
Reputation : 525
Join date : 05/06/2010
Location : Dulu Tempat Lumba Kuda
Re: Untold Story Of Indonesia
Mana nk beli buku tu...menarik beli buku dapat jam.
Blitzkrieg- Corporal
- Posts : 94
Reputation : 44
Join date : 09/01/2012
Age : 48
Location : Johor
Re: Untold Story Of Indonesia
''Blitzkrieg wrote:Mana nk beli buku tu...menarik beli buku dapat jam.
Buku Hanya dijual 6 Kota besar di indonesia bro,Limited Edision bukunya,harga Rp 230.000
Jam hanya promosinya ,harganya Rp.6.000.000 Atau $ 600.
Beli Buku ditawarkan juga jam kopaska merk Swiss.Limited Edision juga
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
Kapten Udara Dewanto, Si Penembak Jatuh Pilot CIA
Cikal Bakal Terbentuknya Skuadron Hercules.
18 Mei 1958, Kapten Udara Ignatius Dewanto sedang berada di Lapangan Terbang Liang. Saat itulah dia menerima laporan ada pesawat B-26 Invader yang menyerang Kota Ambon.
Pasukan TNI memang selalu dalam keadaan siaga, Angkatan Udara Revolusioner Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta), kerap menyerang wilayah RI.
Dewanto bergerak cepat. Dia segera memacu pesawat P-51 Mustang kebanggannya ke ujung landasan. Salah satu pilot terbaik Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) itu bergerak mencari musuhnya. Demikian ditulis dalam buku Bakti TNI Angkatan Udara 1946-2003.
Di atas Kota Ambon, Dewanto melihat kerusakan akibat serangan pesawat udara. Namun dia tidak menemukan B-26 buruannya. Setelah bergerak ke arah Barat, Dewanto baru melihat B-26 itu. Rupanya pesawat yang dipiloti Allan Lawrence Pope itu hendak menyerang konvoi Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).
Dewanto segera menyerang pesawat musuh itu dengan senapan mesin 12,7 mm dan roket pesawat P-51 Mustang. Berhasil, pesawat itu terbakar dan jatuh.
Namun Allan Pope dan juru radio Hary Rantung berhasil selamat walau pesawat mereka ditembak jatuh Dewanto. Mereka sempat terjun dengan parasut sebelum pesawat mereka hancur.
Tertembaknya pesawat yang dipiloti Allan Pope ini penting artinya. Saat itu Indonesia bisa membuktikan kalau pemberontakan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta), dibantu oleh Amerika Serikat. Dalam hal ini diduga Central Intelligence Agency (CIA) yang banyak berperan.
Tertangkapnya Alan Poppe juga membuat AS malu dan kemudian menghentikan bantuannya pada Permesta. Dengan demikian TNI menjadi lebih mudah untuk menghancurkan pasukan Permesta.
Allan Pope sendiri kemudian divonis mati oleh pengadilan militer. Namun akhirnya Presiden Soekarno membebaskan Pope, alasannya Soekarno tidak tega saat istri Pope datang dan menangis minta suaminya agar dibebaskan. Itu pengakuan Soekarno, tapi diduga pemerintah AS yang gencar melobi agar Pope tidak dihukum mati.
http://www.merdeka.com/peristiwa/kapten-udara-dewanto-si-penembak-jatuh-pilot-cia.html
Cikal Bakal Terbentuknya Skuadron Hercules.
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
TU-16 Pesawat Pembom Super Yang Pernah Dimiliki Indonesia
Bila predikat Angkatan Udara terkuat di Asia Tenggara kini di pegang oleh Singapura, maka di era tahun 60-an kekuatan angkatan udara negeri kita boleh dibilang menjadi “singa”, tak cuma di Asia Tenggara, bahkan di kawasan Asia TNI-AU kala itu sangat diperhitungkan.
Bahkan Cina maupun Australia belum punya armada pembom strategis bermesin jet. Sampai awal tahun 60-an hanya Amerika yang memiliki pembom semacam(B-58 Hustler), Inggris (V bomber-nya, Vulcan, Victor, serta Valiant) dan Rusia.
Gelar “singa” tentu bukan tanpa alasan, di awal tahun 60-an TNI-AU sudah memiliki arsenal pembom tempur mutakhir (dimasanya-red) Tu-16, yang punya daya jelajah cukup jauh, dan mampu membawa muatan bom dalam jumlah besar.
Pembelian Tu-16 AURI didasari, terbatasnya kemampuan B-25, embargo suku cadang dari Amerika, dan untuk memuaskan ambisi politik.
“Tu-16 masih dalam pengembangan dan belum siap untuk dijual,” ucap Dubes Rusia untuk Indonesia Zhukov kepada Bung Karno (BK) suatu siang di penghujung tahun 50-an.
Ini menandakan, pihak Rusia masih bimbang untuk meluluskan permintaan Indonesia membeli Tu-16. Tapi apa daya Rusia, AURI ngotot. BK terus menguber Zhukov tiap kali bersua.
“Gimana nih, Tu-16-nya,” kira-kira begitu percakapan dua tokoh ini. Akhirnya, mungkin bosan dikuntit terus, Zhukov melaporkan juga keinginan BK kepada Menlu Rusia Mikoyan.
Usut punya usut, kenapa BK begitu semangat? Ternyata, Letkol Salatun-lah pangkal masalahnya. “Saya ditugasi Pak Surya (KSAU Suryadarma-Red) menagih janji Bung Karno setiap ada kesempatan,” aku Marsda (Pur) RJ Salatun tertawa.
Ketika ide pembelian Tu-16 dikemukakan Salatun saat itu sekretaris Dewan Penerbangan/Sekretaris Gabungan Kepala-kepala Staf kepada Suryadarma tahun 1957, tidak seorangpun tahu.
Maklum, TNI tengah sibuk menghadapi PRRI/Permesta. Namun dari pemberontakan itu pula, semua tersentak. AURI tidak punya pembom strategis B-25 yang dikerahkan menghadapi AUREV (AU Permesta), malah merepotkan.
Karena daya jelajahnya terbatas, pangkalannya harus digeser, peralatan pendukungnya harus diboyong. Waktu dan tenaga tersita. Sungguh tidak efektif. Celaka lagi, Amerika meng-embargo suku cadangnya. Alhasil, gagasan memiliki Tu-16 semakin terbuka.
Salatun yang menemukan proyek Tu-16 dari majalah penerbangan asing tahun 1957, menyampaikannya kepada Suryadarma. “Dengan Tu-16, awak kita bisa terbang setelah sarapan pagi menuju sasaran terjauh sekalipun dan kembali sebelum makan siang,” jelasnya kepada KSAU.
“Bagaimana pangkalannya,” tanya Pak Surya. “Kita akan pakai Kemayoran yang mampu menampung pesawat jet,” jawab Salatun. Seiring disetujuinya rencana pembelian Tu-16 ini, landas pacu Lanud Iswahyudi, Madiun, kemudian turut diperpanjang.
Proses pembeliannya memang tidak mulus. Sejak dikemukakan, baru terealisasi 1 Juli 1961, ketika Tu-16 pertama mendarat di Kemayoran. Ketika lobi pembeliannya tersekat dalam ketidakpastian, Cina pernah dilirik agar membantu menjinakkan “beruang merah”.
Caranya, Cina diminta menalangi dulu pembeliannya. Namun usaha ini sia-sia, karena neraca perdagangan Cina-Rusia lagi terpuruk. Sebaliknya, “Malah Cina menawarkan Tu-4m Bull-nya,” tutur Salatun. Misi Salatun ke Cina sebenarnya mencari tambahan B-25 Mitchell dan P-51 Mustang.
Jadi, pemilihan Tu-16 memperkuat AURI bukan semata alat diplomasi. Penyebab lain adalah embargo senjata Amerika. Padahal saat bersamaan, AURI sangat membutuhkan suku cadang B-25 dan P-51 untuk menghantam AUREV.
Tahun 1960, Salatun berangkat ke Moskow bersama delegasi pembelian senjata dipimpin Jenderal AH Nasution. Sampai kedatangannya, delegasi belum tahu, apakah Tu-16 sudah termasuk dalam daftar persenjataan yang disetujui Soviet.
Perintah BK hanya, cari senjata. Apa yang terjadi. Tu-16 termasuk dalam daftar persenjataan yang ditawarkan Uni Soviet. Betapa kagetnya delegasi.
“Karena Tu-16 kami berikan kepada Indonesia, maka pesawat ini akan kami berikan juga kepada negara sahabat lain,” ujar Menlu Mikoyan. Mulai detik itu, Indonesia menjadi negara ke empat di dunia yang mengoperasikan pembom strategis selain Amerika, Inggris dan Rusia sendiri.
Hebat lagi, AURI pernah mengusulkan untuk mengecat bagian bawah Tu-16 dengan Anti Radiation Paint cat khusus anti radiasi bagi pesawat pembom berkemampuan nuklir. “Gertak musuh saja, AURI kan tak punya bom nuklir,” tutur Salatun. Usul tersebut ditolak.
Segera AURI mempersiapkan awaknya. Puluhan kadet dikirim ke Chekoslovakia dan Rusia. Mereka dikenal dengan angkatan Cakra I, II, III, Ciptoning I dan Ciptoning II.
Mulai tahun 1961, ke-24 Tu-16 mulai datang bergiliran diterbangkan awak Indonesia maupun Rusia. Pesawat pertama yang mendarat di Kemayoran dikemudikan oleh Komodor Udara (sekarang Marsda TNI Pur Cok Suroso Hurip). Mendapat perhatian terutama dari kalangan intel Amerika.
Kesempatan pertama intel-intel AS melihat Tu-16 dari dekat ini, memberikan kesempatan kepada mereka memperkirakan kapasitas tangki dan daya jelajahnya.
Pengintaian terus dilakukan AS sampai saat Tu-16 dipindahkan ke Madiun. U-2 pun mereka libatkan. Wajar, di samping sebagai negara pertama yang mengoperasikan Tu-16 di luar Rusia, kala itu beraneka ragam pesawat blok Timur lainnya berjejer di Madiun.
Senjata Rudal kennel
Kennel memang tidak pernah ditembakkan. Tapi ujicoba pernah dilakukan sekitar tahun 1964-1965. Kennel ditembakkan ke sebuah pulau karang di tengah laut, persisnya antara Bali dan Ujung Pandang.
“Nama pulaunya Arakan,” aku Hendro Subroto, mantan wartawan TVRI. Dalam ujicoba, Hendro mengikuti dari sebuah C-130 Hercules bersama KSAU Omar Dhani. Usai peluncuran, Hercules mendarat di Denpasar. Dari Denpasar, dengan menumpang helikopter Mi-6, KSAU dan rombongan terbang ke Arakan melihat perkenaan. “Tepat di tengah, plat bajanya bolong,” jelas Hendro.
Diuber Javelin
Lebih tepat, di masa Dwikoralah awak Tu-16 merasakan ketangguhan Tu-16. Apa pasal? Ternyata, berkali-kali pesawat ini dikejar pesawat tempur Inggris. Rupanya, Inggris menyadap percakapan AURI di Lanud Polonia Medan dari Butterworth, Penang.
“Jadi mereka tahu kalau kita akan meluncur,” ujar Marsekal Muda (Pur) Syah Alam Damanik, penerbang Tu-16 yang sering mondar-mandir di selat Malaka.
Damanik menuturkan pengalamannya di kejar Javelin pada tahun 1964. Damanik terbang dengan ko-pilot Sartomo, navigator Gani dan Ketut dalam misi kampanye Dwikora.
Pesawat diarahkan ke Kuala Lumpur, atas saran Gani. Tidak lama kemudian, dua mil dari pantai, Penang (Butterworth) sudah terlihat. Mendadak, salah seorang awak melaporkan bahwa dua pesawat Inggris take off dari Penang.
Damanik tahu apa yang harus dilakukan. Dia berbelok menghindar. “Celaka, begitu belok, nggak tahunya mereka sudah di kanan-kiri sayap. Cepat sekali mereka sampai,” pikir Damanik. Javelin-Javelin itu rupanya berusaha menggiring Tu-16 untuk mendarat ke wilayah Singapura atau Malaysia (forced down).
Dalam situasi tegang itu, “Saya perintahkan semua awak siaga. Pokoknya, begitu melihat ada semburan api dari sayap mereka (menembak-Red), kalian langsung balas,” perintahnya. Perhitungan Damanik, paling tidak sama-sama jatuh. Anggota Wara (wanita AURI) yang ikut dalam misi, ketakutan. Wajah mereka pucat pasi.
Dalam keadaan serba tak menentu, Damanik berpikir cepat. Pesawat ditukikkannya untuk menghindari kejaran Javelin. Mendadak sekali. “Tapi, Javelin-Javelin masih saja nempel.
Bahkan sampai pesawat saya bergetar cukup keras, karena kecepatannya melebihi batas (di atas Mach 1).” Dalam kondisi high speed itu, sekali lagi Damanik menunjukkan kehebatannya. Ketinggian pesawat ditambahnya secara mendadak. Pilot Javelin yang tidak menduga manuver itu, kebablasan. Sambil bersembunyi di balik awan yang menggumpal, Damanik membuat heading ke Medan.
Segenap awak bersorak kegirangan. Tapi kasihan yang di ekor (tail gunner). Mereka berteriak ternyata bukan kegirangan, tapi karena kena tekanan G yang cukup besar saat pesawat menanjak.
Akibat manuver yang begitu ketat saat kejar-kejaran, perangkat radar Tu-16 jadi ngadat. “Mungkin saya terlalu kasar naiknya. Tapi nggak apa-apa, daripada dipaksa mendarat oleh Inggris,” ujar Damanik mengenang peristiwa itu.
Lain lagi cerita Sudjijantono. “Saya ditugaskan menerbangkan Tu-16 ke Medan lewat selat Malaka di Medan selalu disiagakan dua Tu-16 selama Dwikora.
Satu pesawat terbang ke selatan dari Madiun melalui pulau Christmas (kepunyaan Inggris), pulau Cocos, kepulauan Andaman Nikobar, terus ke Medan,” katanya. Pesawat berikutnya lewat jalur utara melalui selat Makasar, Mindanao, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Laut Cina selatan, selat Malaka, sebelum akhirnya mendarat di Medan. Ada juga yang nakal, menerobos tanah genting Kra.
Walau terkesan “gila-gilaan”, misi ini tetap sesuai perintah. BK memerintahkan untuk tidak menembak sembarangan. Dalam misi berbau pengintaian ini, beberapa sempat ketahuan Javelin. Tapi Inggris hanya bertindak seperti “polisi”, untuk mengingatkan Tu-16 agar jangan keluar perbatasan.
Misi ala stealth
Masih dalam Dwikora. Pertengahan 1963, AURI mengerahkan tiga Tu-16 versi bomber (Badger A) untuk menyebarkan pamflet di daerah musuh. Satu pesawat ke Serawak, satunya ke Sandakan dan Kinibalu, Kalimantan.
Keduanya wilayah Malaysia. Pesawat ketiga ke Australia. Khusus ke Australia, Tu-16 yang dipiloti Komodor Udara (terakhir Marsda Purn) Suwondo bukan menyebarkan pamflet. Tapi membawa peralatan militer berupa perasut, alat komunikasi dan makanan kaleng.
Skenarionya, barang-barang itu akan didrop di Alice Springs, Australia (persis di tengah benua), untuk menunjukkan bahwa AURI mampu mencapai jantung benua kangguru itu. “Semacam psi-war buat Australia,” ujar Salatun.
Padahal Alice Springs ditongkrongi over the horizon radar system. “Untuk memantau seluruh kawasan Asia Pasifik,” ujar Marsma (Pur) Zainal Sudarmadji, pilot Tu-16 angkatan Ciptoning II.
Walau begitu, misi tetap dijalankan. Pesawat diberangkatkan dari Madiun sekitar jam satu malam. “Pak Wondo (pilot pesawat-Red) tak banyak komentar.
Beliau hanya minta, kita kumpul di Wing 003 pukul 11 malam dengan hanya berbekal air putih,” ujar Sjahroemsjah, gunner Tu-16 yang baru tahu setelah berkumpul bahwa mereka akan diterbangkan ke Australia.
Briefing berjalan singkat. Pukul 01.00 WIB, pesawat meninggalkan Madiun. Pesawat terbang rendah guna menghindari radar. Sampai berhasil menembus Australia dan menjatuhkan bawaan, tidak terjadi apa-apa.
Pesawat pencegat F-86 Sabre pun tak terlihat aktivitasnya, rudal anti pesawat Bloodhound Australia yang ditakuti juga “tertidur”. Karena Suwondo berputar agak jauh, ketika tiba di Madiun matahari sudah agak tinggi. “Sekitar pukul delapan pagi,” kata Sjahroemsjah.
Penyusupan ke Sandakan, dipercayakan ke Sudjijantono bersama Letnan Kolonel Sardjono (almarhum). Mereka berangkat dari Iswahyudi (Madiun) jam 12 malam.
Pesawat membumbung hingga 11.000 m. Menjelang adzan subuh, mereka tiba di Sandakan. Lampu-lampu rumah penduduk masih menyala.
Pesawat terus turun sampai ketinggian 400 m. Persis di atas target (TOT), ruang bom (bomb bay) dibuka. Seperti berebutan, pamflet berhamburan keluar disedot angin yang berhembus kencang.
Usai satu sortie, pesawat berputar, kembali ke lokasi semula. “Ternyata sudah gelap, tidak satupun lampu rumah yang menyala,” kata Sudjijantono.
Rupanya, aku Sudjijantono, Inggris mengajari penduduk cara mengantisipasi serangan udara. Akhirnya, setelah semua pamflet diserakkan, mereka kembali ke Iswahyudi dan mendarat dengan selamat pukul 08.30 pagi. Artinya, kurang lebih sepuluh jam penerbangan. Semua Tu-16 kembali dengan selamat.
Dapat dibayangkan, pada dekade 60-an AURI sudah sanggup melakukan operasi-operasi penyusupan udara tanpa terdeteksi radar lawan. Kalaulah sepadan, bak operasi NATO ke Yugoslavia dengan pesawat silumannya.
Akhir Perjalanan Sang Bomber
Sungguh ironis nasib akhir Tu-16 AURI. Pengadaan dan penghapusannya lebih banyak ditentukan oleh satu perkara: politik! Bayangkan, “AURI harus menghapus seluruh armada Tu-16 sebagai syarat mendapatkan F-86 Sabre dan T-33 T-bird dari Amerika,” ujar Bagio Utomo, mantan anggota Skatek 042 yang mengurusi perbaikan Tu-16. Bagio menuturkan kesedihannya ketika terlibat dalam tim “penjagalan” Tu-16 pada tahun 1970.
Dokumen CIA (central intelligence agency) sebagaimana dikutip Audrey R Kahin dan George McT Kahin dalam bukunya “Subversi Sebagai Politik Luar Negeri” menulis: “Belanja senjata RI mencapai 229. 395.600 dollar AS.
Angka itu merupakan akumulasi perdagangan pada tahun 1958. Sementara dari Januari hingga Agustus 1959 saja, nilainya mencapai 100.456.500 dollar AS. Dari jumlah ini, AURI kebagian 69.912. 200 dollar AS, yang di dalamnya termasuk pemesanan 20 pesawat pembom.”
Tidak dapat dipungkiri, memang, Tu-16 pembom paling maju pada zamannya. Selain dilengkapi peralatan elektronik canggih, badannya terbilang kukuh.
“Badannya tidak mempan dibelah dengan kampak paling besar sekalipun. Harus pakai las yang besar. Bahkan, untuk membongkar sambungan antara sayap dan mesinnya, laspun tak sanggup. Karena campuran magnesiumnya lebih banyak ketimbang alumunium,” ujar Bagio.
Namun Tu-16 bukan tanpa cacat. Konyol sekali, beberapa bagian pesawat bisa tidak cocok dengan spare pengganti. Bahkan dengan spare yang diambil secara kanibal sekalipun.
“Kita terpaksa memakai sistem kerajinan tangan, agar sama dan pas dengan kedudukannya. Seperti blister (kubah kaca-Red), mesti diamplas dulu,” kenang Bagio lagi. Pengadaan suku cadang juga sedikit rumit, karena penempatannya yang tersebar di Ujung Pandang dan Kemayoran.
Sebenarnya, persediaan suku cadang Tu-16 yang dipasok dari Rusia, memadai. Tapi urusan politik membelitnya sangat kuat. Tak heran kemudian, usai pengabdiannya selama Trikora – Dwikora dan di sela-sela nasibnya yang tak menentu pasca G30S/PKI, AURI pernah bermaksud menjual armada Tu-16-nya ke Mesir. Namun hal ini tidak pernah terlaksana.
Begitulah nasib Tu-16. Tragis. Farewell flight, penerbangan perpisahannya, dirayakan oleh para awak Tu-16 pada bulan Oktober 1970 menjelang HUT ABRI.
Dijejali 10 orang, Tu-16 bernomor M-1625 diterbangkan dari Madiun ke Jakarta. “Sempat ke sasar waktu kita cari Monas,” ujar Zainal Sudarmadji. Saat mendarat lagi di Madiun, bannya meletus karena awaknya sengaja mengerem secara mendadak.
Patut diakui, keberadaan pembom strategis mampu memberikan efek psikologis bagi lawan-lawan Indonesia saat itu. Bahkan, sampai pertengahan 80-an, Tu-16 AURI masih dianggap ancaman oleh AS. “Lah, wong nama saya masih tercatat sebagai pilot Tu-16 di ruang operasi Subic Bay, kok,” ujar Sudjijantono, angkatan Cakra 1.
Atraksi Ketangguhan Sang Bomber Dalam Persiapan Operasi Trikora
Saat Trikora dikumandangkan, angkatan perang Indonesia sedang berada pada “puncaknya”.
Lusinan persenjataan Blok Timur dimiliki. Mendadak AURI berkembang jadi kekuatan terbesar di belahan bumi selatan. Dalam mendukung kampanye Trikora, AURI menyiapkan satu flight Tu-16 di Morotai yang hanya memerlukan 1,5 jam penerbangan dari Madiun.
“Kita siaga 24 jam di sana,” ujar Kolonel (Pur) Sudjijantono, salah satu penerbang Tu-16. “Sesekali terbang untuk memanaskan mesin. Tapi belum pernah membom atau kontak senjata dengan pesawat Belanda,” ceritanya kepada Angkasa. Saat itu, dikalangan pilot Tu-16 punya semacam target favorit, yaitu kapal induk Belanda Karel Doorman.
Selain memiliki 12 Tu-16 versi bomber (Badger A) yang masuk dalam Skadron 41, AURI juga memiliki 12 Tu-16 KS-1 (Badger B) yang masuk dalam Skadron 42 Wing 003 Lanud Iswahyudi.
Versi ini mampu membawa sepasang rudal anti kapal permukaan KS-1 (AS-1 Kennel). Rudal inilah yang ditakuti Belanda. Karena hantaman enam Kennel, mampu menenggelamkan Karel Doorman ke dasar samudera. Sayangnya, hingga Irian Barat diselesaikan melalui PBB atas inisiatif pemerintah Kennedy, Karel Doorman tidak pernah ditemukan Tu-16.
Lain lagi kisah Idrus Abas (saat itu Sersan Udara I), operator radio sekaligus penembak ekor (tail gunner) Tu-16. Bulan Mei 1962, saat perundingan RI-Belanda berlangsung di PBB, merupakan saat paling mendebarkan.
Awak Tu-16 disiagakan di Morotai. Dengan bekal radio transistor, mereka memonitor hasil perundingan. Mereka diperintahkan, “Kalau perundingan gagal, langsung bom Biak,” ceritanya mengenang. “Kita tidak tahu, apakah bisa kembali atau tidak setelah mengebom,” tambah Sjahroemsjah yang waktu itu berpangkat Sersan Udara I, rekan Idrus yang bertugas sebagai operator radio/tail gunner. Istilahnya, one way ticket operation.
Namun para awak Tu-16 di Morotai ini, tidak akan pernah melupakan jerih payah ground crew-nya. “Yang paling susah kalau isi bahan bakar.
Bayangkan untuk sebuah Tu-16, dibutuhkan sampai 70 drum bahan bakar. Kadang ngangkutnya tidak pakai pesawat, jadi langsung diturunkan dari kapal laut.
Itupun dari tengah laut. Makanya, sering mereka mendorong dari tengah laut,” ujar Idrus. Derita awak darat itu belum berakhir, lantaran untuk memasukkan ke tangki pesawat yang berkapasitas kurang lebih 45.000 liter itu, masih menggunakan cara manual.
Di suling satu per satu dari drum hingga empat hari empat malam. Hanya sebulan Tu-16 di Morotai, sebelum akhirnya ditarik kembali ke Madiun usai Trikora.
http://tni-au.mil.id/pustaka/tu-16-pesawat-pembom-super-yang-pernah-dimiliki-indonesia
[Sumber : Majalah Angkasa]
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
@ Pak red army ada kemungkinan Uni -Soviet jual Tu-16 versi Monkey Model ? pada jaman 60an....
berapa harga sebuah Tu16 pada jaman itu ?
berapa harga sebuah Tu16 pada jaman itu ?
HangPC2- Captain
-
Posts : 936
Reputation : 144
Join date : 22/04/2010
Age : 42
Location : Langkasuka
Re: Untold Story Of Indonesia
HangPC2 wrote:@ Pak red army ada kemungkinan Uni -Soviet jual Tu-16 versi Monkey Model ? pada jaman 60an....
berapa harga sebuah Tu16 pada jaman itu ?
Untuk Versi Monkey Model saya tak tahu pakcik hpc berdasarkan berita sejarah:
TNI AU mengoperasikan 24 pesawat TU-16. 12 versi pembom (Badger A), 12 pesawat lagi versi pembawa rudal anti kapal permukaan KS-1 (AS-1 Kennel)
Versi Tu-16 (Badger A) mampu membawa muatan bom seberat 9.000 kg (9 ton), versi Tu-16 KS (Badger B) , selain membawa bom juga mampu membawa dua buah peluru kendali udara permukaan KS-1 (AS-1 Kennel).
Kalau mengenai harga yang di berikan rusia ke indonesia pastinya saya tidak tahu, tapi ada sumber berita yang mengatakan bahwa pembelian itu senilai US$ 2,5 milyar yg di bayar secara jangka panjang.
Dan Indonesia pun membeli berbagai macam peralatan militer dari uni soviet antara lain;
41 Helikopter MI-4 (angkutan ringan),
9 Helikopter MI-6 (angkutan berat),
30 pesawat jet MiG-15,
49 pesawat buru sergap MiG-17,
10 pesawat buru sergap MiG-19,
20 pesawat pemburu supersonik MiG-21,
Dari pesawat pengebom:
terdapat sejumlah 22 pesawat pembom ringan Ilyushin,-
12 pesawat pembom jarak jauh TU-16 Badger A,
12 pesawat TU-16 KS versi maritim yang dilengkapi dengan peluru kendali anti kapal (rudal) air to surface AS-1 Kennel,
Sementara dari jenis pesawat angkut, terdapat:
26 pesawat angkut ringan jenis IL-14 dan AQvia-14,
6 pesawat angkut berat jenis Antonov An-12B buatan Uni Soviet.
Dari Angkatan Laut:
1 buah Kapal rudal penjelajah(Cruiser) kelas Sverdlov (yaitu KRI Irian),
12 kapal selam kelas Whiskey,
30 korvet
5 Destroyer,
8 Fregat,
14 Penyapu Ranjau,
22 Kapal Cepat Torpedo
Pembelian ini katanya untuk menghadapi 3 negara yang akan menyerang indonesia,Belanda,british dan Australia.begitu yang saya baca dalam analisis intelijen indonesia, maka dari itu pembeliannya banyak sekali, sampai keluar istilah Macan Asia.
Dalam buku yang saya baca,jika memang belanda tetap tidak ingin tinggalkan Papua, serta british dan australia membantu belanda di papua, maka ada pembelian batch selanjutnya, ada ratusan batangan emas murni yang akan jadi modal awal pembelian senjata ke unisoviet.
karena belanda serta british dan australia tidak jadi berperang di papua, maka pembelian itu batal, kalau tidak perang terbesar dalam sejarah di asean akan terjadi,selain vietnam vs usa.
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Re: Untold Story Of Indonesia
Dwikora : Kisah Operasi Pendaratan Tim Marinir Di Pontian, Johor Baru
Operasi ini sebenarnya disebut Ops A, yaitu operasi intelijen yang lebih menekankan hasil pada efek politis daripada efek militer.
Misi yang diemban pasukan ini adalah untuk mendampingi gerilyawan local dalam operasi militer, memberi pelatihan pada kader kader setempat yang dapat dikumpulkan di daerah sasaran, dan setelah dianggap cukup mereka akan kembali ke pangkalan.
Dari keterangan seorang anggota Marinir yang kembali pada tahun 1967, Serma Z. Yacobus, yang dalam operasi tersebut masih berpangkat kopral, di dapat keterangan sebagai berikut :
Tim 3 dari Kompi Brahma II menggunakan kapal patroli cepat, milik Bea Cukai. Tim operasi terdiri dari 21 anggota. Rombongan dibawa menuju suatu tempat diperbatasan pada tanggal 17 Agustus 1964 sekitar pukul 20.00 waktu setempat.
Pelayaran memakan waktu sekitar 4 jam. Setelah mendapat perintah dari masing masing komandan tim dan juga menerima perlengkapan tambahan, sekita pukul 01.30 tengah malam rombongan menerima briefing dari komandan basis II, dilanjutkan dengan embarkasi ke dalam 2 perahu motor yang telah dipersiapkan.
Sembilan orang sukarelawan lokal dari Malaysia juga ikut dalam tim dan akan bertindak sebagai penunjuk jalan. Dengan demikian jumlah tim menjadi 30 orang.
Dengan menggunakan formasi berbanjar, berangkatlah kedua perahu tersebut menuju sasaran. Salah satu mengalami kerusakan mesin dan akhirnya kedua tim pun menjadi satu menuju sasaran. Sekitar pukul 06.30 kedua tim sampai ke daerah sasaran tanpa diketahui oleh musuh.
Operasi bocor ... pertempuran dimulai
Ternyata daerah pendaratan merupakan daerah rawa rawa yang berlumpur. Kedua tim memutuskan untuk bertahan di situ yang jaraknya sekitar 50 meter dari pantai pendaratan.
Namun rencana penyusupan ini dikhawatirkan sudah diketahui oleh musuh, sehingga mereka memutuskan untuk tidak melanjutkan gerakan dahulu dan tetap berlindung di semak semak sambil menunggu hari menjadi gelap.
( Memang banyak operasi penyusupan rahasia ke wilayah Malaysia yang sengaja dibocorkan oleh oknum oknum di dalam TNI sendiri ke pihak lawan, menurut artikel tersebut ).
Pukul 19.00 tim baru dapat meninggalkan tempat persembunyian dan mencoba menyusuri medan berawa tersebut dengan susah payah dan pukul 03.00 pagi mereka beristirahat. Demi keamanan, kedua tim berpisah. Tim I dipimpin Serda Mursid sebagai komandan tim, dan tim 2 dipimpin Serda A. Siagian.
Rupanya kedudukan infiltran sudah diketahui pasukan keamanan setempat, kerana setelah 3 jam pasukan berada di situ, kedudukan mereka sudah dikepung musuh. Diperkirakan kekuatan musuh satu peleton ( 30 – 40 orang ).
Musuh melakukan tembakan pancingan untuk mengetahui posisi pasti pasukan Marinir, disusul dengan ledakan granat tangan. Maka pertempuran pun tak dapat dihindarkan lagi.
Kemampuan bertempur musuh ternyata masih di bawah kemampuan pasukan Marinir. Beberapa orang musuh tertembak mati. Di pihak tim gugur satu orang penunjuk jalan. Merasa tidak dapat mengimbangin Marinir pertempuran tersebut, makan pihak musuh mendatangkan bantuan 2 helikopter dan satu pesawat.
Namun sebelum bantuan tersebut tiba, pasukan Marinir telah bergerak meninggalkan lokasi kontak senjata dan mencari tempat yang lebih aman untuk bertahan dalam rawa rawa tersebut.
Musuh pun kemudian menggunakan anjing penjejak untuk melacak kedudukan tim Marinir. Pada tanggal 19 Agustus 1964, komandan tim memerintahkan 2 penunjuk jalan asal Malaysia untuk melakukan pengintaian dan mencari informasi dengan menyamar berpakaian seperti penduduk biasa. Namun hingga senja, keduanya belum juga kembali.
Untuk mengatasi keragu raguan, komandan tim memutuskan untuk tidak menunggu mereka lebih lama lagi. Pasukan segera bergerak meninggalkan lokasi. Senjata dan perlengkapan keduanya disembunyikan di dalam lumpur untuk menghilangkan jejak.
Dalam perjalanan, tiba tiba tim mendapat serangan mendadak dari musuh. Dengan semangat Marinir “Pantang mundur, mati sudah ukur” tim melawan musuh dengan gigih.
Beberapa musuh terluka. Hal itu didasarkan pada keterangan penduduk setempat yang sempat ditemui tim setelah selesainya pertempuran. Dipihak Marinir, satu orang penunjuk jalan asal Malaysia gugur.
Malam itu tim terpaksa beristirahat lagi sambil berlindung selama satu hari dan selanjutnya kembali bergerak, namun mereka tidak dapat menuju sasaran yang direncanakan karena sudah diketahui oleh musuh.
Hal ini diketahui dari adanya bunyi rentetan tembakan. Rupanya telah terjadi kontak senjata antara tim yang dipimpin Serda Mursid dengan pihak musuh. Tugas tim kedua adalah mengadakan pencegatan, namun karena tim tidak dibekali dengan alat komunikasi, maka tugas ini pun gagal.
Satu jam kemudian pertempuran pun reda. Tim Marinir memutuskan untuk bersembunyi di rawa tak jauh dari perkampungan penduduk. Setelah 1 jam beristiharat, gerakan diteruskan menuju kampung dan sampai di sebuah rumah dan menemui penghuninya yang mengaku bernama Hasan. Hasan ini mengaku keturunan Indonesia asal Jawa.
Di rumah tersebut tim mendapat pelayanan yang cukup baik, sehingga terjadilah percakapan yang kurang hati hati dari tim yang menyangkut penugasan tim.
Tanpa rasa curiga, Hasan pun menyatakan bersedia bekerja sama dengan tim Marinir. Bahkan Hasan pun sudah menunjuk tempat perlindungan yang jaraknya tidak jauh dari rumahnya, sekitar 1 km dari perkampungan.
Pada tanggal 30 Agustus tengah hari, datanglah Hasan membawa seorang laki laki yang diakuinya sebagai pamannya ke tempat persembunyian tim, untuk menyampaikan informasi. Kemudian ia menyarankan agar tim berpindah lagi ke gubuk lain sejauh 500 meter dari persembunyian pertama. Karena sudah terlanjur percaya pada si Hasan, tim pun segera bergerak ke lokasi yang ditunjukkan.
Namun apa yang terjadi ?
Sekitar setengah jam kemudian, tim mendapat serangan mendadak sehingga tim kehilangan 2 anggota yaitu Prajurit Satu Kahar dan seorang guide asal Malaysia. Kopral Yacobus terkena tembakan di siku kanan, hingga senjatanya lepas.
Prajurit Satu Siahuri terluka parah, sedangkan Kopral Priyono berhasil menyelamatkan diri ke sungai. Di tengah tengah situasi terjebak tembakan gencar tersebut, musuh berteriak “ Surender !!! ... Surender !!!” Teriakan ini diulangi lebih keras “Kalau mau hidup, Surender cepat !!!”
Anggota tim yang pingsan dan banyak mengeluarkan darah ini tertangkap musuh. Selanjutnya mereka dirawat seperlunya oleh musuh dan diserahkan ke Balai Polis setempat.
Ternyata si Hasan ini adalah pengkhianat. Pura pura mau menolong ternyata ada udang di balik batu. Ia mengharapkan hadiah dari aparat keamanan setempat, apalagi jika dapat menangkap pasukan Marinir Indonesia. Siagian sendiri akhirnya tertawan, sedangkan 3 anggota tim lainnya berhasil kembali ke pangkalan di Indonesia dengan selamat.
Regu satu yang dipimpin Serda Mursid akhirnya sampai di Gunung Pulai. Namun karena lokasi sasaran sudah diketahui musuh sebagai daerah tujuan tim, pasukan Marinir dikepung oleh musuh yang jauh lebih kuat.
Terjadilah pertempuran sengit hingga akhirnya pasukan Serda Mursid kehabisan peluru. Mereka tetap gigih melawan hingga akhirnya 3 orang anggota pun gugur, termasuk Serda Mursid sendiri. Sisa anggota regu tertawan musuh.
Maka berakhirlah kisah heroik operasi pendaratan tim marinir di Pontian, Johor Baru, Malaysia.
Nama nama anggota Marinir yang gugur di Pontian :
Prajurit Satu Kahar ( IPAM )
Sersan Mayor Satu Mursid ( IPAM )
Sersan Satu Ponadi ( IPAM )
Sersan Satu Mohamadong ( Pasinko )
Sersan Dua Yacob ( IPAM )
Sersan Dua Tohir ( Batalyon 3 )
Kopral Syahbuddin ( Pasinko )
Kopral Dulmanan ( IPAM )
Sumber :Kisah Kompi X di Rimba Siglayan
red army- Colonel
-
Posts : 2572
Reputation : 154
Join date : 16/05/2011
Age : 79
Location : suatu sudut Indonesia
Page 4 of 5 • 1, 2, 3, 4, 5
Similar topics
» Proton vs Perdua – a story about the 2 sons of Malaysia
» Konfrontasi Malaysia-Indonesia 1962-66
» Al-Fatihah and R.I.P
» Konfrontasi Malaysia-Indonesia 1962-66
» Al-Fatihah and R.I.P
Malaysia's Military, Police and Security Agencies :: Perbincangan MPSA Negara Lain :: Foreign Military History
Page 4 of 5
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum